Kamis, 27 Januari 2022

DI MANA ALLAH?

 DI MANA ALLAH???


Ketika kita sakit, apa yang terbetik di benak kita pertama kali?


 Ya, biasanya dokter atau obat..


Ketika kita nggak punya duit dan butuh uang banyak segera, apa yang terbetik di benak kita pertama kali? 


Ya, biasanya teman atau saudara yang banyak duit yang gampang minjemin...


Ketika tiba-tiba ban motor kita bocor saat di jalan, apa yang terbetik di benak kita pertama kali? 


Ya, biasanya adalah tukang tambal ban..


Ketika...


Ketika...


Yang jadi pertanyaan sekarang adalah: 


DI MANA ALLAH???


Di mana kita tempatkan Allah??? 


Di urutan berapa???


Katanya kita beriman bahwa Allah Maha Penyembuh...


 Allah Maha Pemberi Rezeki...


 Allah Yang Memudahkan segala urusan... 


Allah Maha Pengasih... 


Allah Maha Penyayang...


Katanya kita beriman bahwa Allah itu dekat... 


Allah Maha Pengabul hajat..


Namun, kenapa kita sering melupakan Allah di dalam aktifitas kehidupan kita ???


Kenapa???


Saatnya kita merenung...


@MuhammadMujianto


👇BUKU GRATIS👇

http://kitabfahimna.blogspot.com/2022/01/tebar-buku-bahasa-arab-gratis.html?m=1

Sabtu, 22 Januari 2022

DI MANA ALLAH?

 DI MANA ALLAH???


Ketika kita sakit, apa yang terbetik di benak kita pertama kali?


 Ya, biasanya dokter atau obat..


Ketika kita nggak punya duit dan butuh uang banyak segera, apa yang terbetik di benak kita pertama kali? 


Ya, biasanya teman atau saudara yang banyak duit yang gampang minjemin...


Ketika tiba-tiba ban motor kita bocor saat di jalan, apa yang terbetik di benak kita pertama kali? 


Ya, biasanya adalah tukang tambal ban..


Ketika...


Ketika...


Yang jadi pertanyaan sekarang adalah: 


DI MANA ALLAH???


Di mana kita tempatkan Allah??? 


Di urutan berapa???


Katanya kita beriman bahwa Allah Maha Penyembuh...


 Allah Maha Pemberi Rezeki...


 Allah Yang Memudahkan segala urusan... 


Allah Maha Pengasih... 


Allah Maha Penyayang...


Katanya kita beriman bahwa Allah itu dekat... 


Allah Maha Pengabul hajat..


Namun, kenapa kita sering melupakan Allah di dalam aktifitas kehidupan kita ???


Kenapa???


Saatnya kita merenung...


@MuhammadMujianto

Kamis, 20 Januari 2022

TIPS BELAJAR BACA KITAB GUNDUL

 INGIN BISA BACA ARAB GUNDUL? BEGINI CARANYA...


Antum ingin bisa baca Arab gundul? 


Ingin bisa menerjemahkan kitab-kitab ulama yang berbahasa Arab?


Berikut ini sedikit tips dari saya. 


Semoga bermanfaat.


...


Begini...


Kalau Antum ingin bisa baca Arab gundul, maka yang pertama kali harus Antum lakukan adalah belajar ILMU NAHWU & ILMU SHOROF. Tanpa menguasai kedua ilmu ini, akan sulit bagi Antum untuk bisa menguasai bahasa Arab.


...


Namun, perlu Antum ketahui bahwa menguasai ILMU NAHWU & SHOROF saja tidak cukup. Banyak orang yang sudah menguasai kaidah dasar NAHWU-SHOROF, namun dia tetap masih kesulitan membaca dan menerjemahkan tulisan berbahasa Arab. 


Apa sebabnya?


Diantara sebabnya adalah: KURANG LATIHAN! 


Sebab, teori saja tidak cukup untuk menjadikan kita mahir. Seperti halnya belajar silat. Tidak cukup kita hanya membaca buku teori tentang cara melakukan pukulan ini dan itu. Kita harus praktek dan rajin berlatih.


Nah, begitupun dengan bahasa Arab. Kita pun perlu latihan dan praktek menerapkan teori atau kaidah yang sudah kita pelajari.


 Caranya?


👉Cara praktisnya begini:

1. Antum cari buku berbahasa Arab yang ringkas yang kira-kira bahasanya mudah untuk difahami oleh pemula. Kalau tidak tau, coba cari tau kepada orang-orang yang sudah mahir bahasa Arab. Biasanya kitab-kitab aqidah banyak yang ringkas. Antum bisa gunakan.


2. Minta kepada orang yang ngerti bahasa Arab untuk menerjemahkan perkata dan menjelaskan semua kedudukan kata yang ada di dalam kitab yang Antum jadikan sarana untuk berlatih.


3. Baca berulang-ulang kitab kecil itu (setelah diterjemahkan dan dijelaskan kedudukan katanya) sambil Antum ingat-ingat kaidah yang sudah Antum pelajari.


4. Ketika selesai satu kitab, cari kitab lain lagi yang ringkas dan mudah kemudian lakukan langkah-langkah yang sama dengan poin-poin di atas.


Demikian kurang lebih cara praktis untuk bisa membaca dan menerjemahkan kitab berbahasa Arab. 


Semangat mencoba!


✊SEMANGAT BELAJAR✊


📒 LATIHAN BACA ARAB GUNDUL


Silakan manfaatkan chanel berikut:


👉 http://t.me/latihanbacafahimna


👉 http://t.me/Kitabfahimna


👉 https://t.me/arabgundulfahimna


✊SEMANGAT BELAJAR✊


📚 FAHIMNA PUBLISHING


Pemesanan buku terbitan FAHIMNA PUBLISHING bisa menghubungi NO WA: http://wa.me/62895352886439

Rabu, 19 Januari 2022

MANA DULUAN?

 ❓MANA DULUAN❓


Mana duluan yang harus kita pelajari saat awal belajar bahasa Arab? Nahwu kah? Shorof kah? Percakapan kah?


Kalau saya, di awal, lebih memilih untuk mengajarkan cara menyusun KALIMAT SEMPURNA dalam bahasa Arab. Kalimat yang sederhana dulu. Kenapa?


Karena ini nanti akan bermanfaat untuk proses belajar bahasa Arab, apapun yang nanti akan kita pelajari. Apakah Nahwu, Shorof, atau percakapan.


Kalau kita bisa menyusun kalimat, nanti...


💦 Saat belajar tashrifan, kita tahu cara penerapannya, nggak cuma menghafal kata saja.


💦 Saat belajar ilmu Nahwu, kita sudah tahu arah pembelajarannya.


💦 Saat belajar percakapan, kita bisa membuat kalimat pertanyaan dan jawaban dengan lebih bervariasi.


Insya Allah, belajar menyusun kalimat sederhana tidak perlu waktu lama. Kalau dibuat pelatihan, cukup sehari atau dua hari. 


Naah...


Demikian menurut saya.


FAHIMTUM?


👇BELAJAR MENYUSUN KALIMAT👇


http://t.me/belajarkalimat

INI TERNYATA RAHASIANYA

 ☝️INI TERNYATA RAHASIANYA....


Dahulu, di awal-awal belajar bahasa Arab, selalunya yang saya pelajari adalah ilmu Nahwu. Ilmu Shorof hampir tidak pernah dipelajari. Sehingga setelah sekian lama belajar, saya tetap menemui kesulitan dalam membaca kitab gundul. 


Kenapa?


Sebab fokus ilmu Nahwu adalah harokat akhir sebuah kata. Sedangkan ilmu Shorof mengajarkan semua harokat huruf penyusun kata. Maka bisa kita bayangkan betapa sulitnya membaca sebuah kata jika kita tidak mengetahui harokat-harokat dari kata itu dari awal. Sebab akan banyak kemungkinan.


Misalnya saja –jika kita tidak mengetahui pola katanya- kata berikut bisa kita baca begini:


مُسُجُدٌ – مُسِجَدٌ – مَسَجِدٌ – مِسَجُدٌ – مِسِجِدٌ – مَسَجَدٌ – مَسِجُدٌ – ….


Ada sekian banyak kemungkinan. Berbeda halnya dengan harokat akhir kata yang hanya empat kemungkinan: dhommah, fathah, kasroh, dan sukun. Dan jika kita tidak tahu harokat pastinya, kita bisa sukunkan saja seperti kita mewaqofkan ayat al-Qur’an yang jika baca.


Terbayang bukan, betapa sulitnya kita membaca sebuah kata jika kita tidak menguasai ilmu Shorof. 


Namun, jika kita menguasai ilmu Shorof dengan baik, kita akan mudah membaca sebuah kata meski kita sukunkan akhirnya jika kita tidak tahu harokat pastinya.


Akhirnya, setelah mempelajari dan menghafal TASHRIFAN, saya jadi tercerahkan. Mufrodat yang saya miliki jadi meningkat pesat. Dan saya pun jadi tahu berbagai variasi pola kata yang sering digunakan dalam literatur-literatur berbahasa Arab.


Oleh karena itu, saya sangat menyarankan Anda yang ingin lancar membaca kitab gundul untuk mempelajari TASHRIFAN. Pelajarilah dari awal sampai akhir. Hafalkan pola-pola kata yang ada. Hafalkan pula mufrodat-mufrodatnya. Insya Allah, setelah selesai mempelajari TASHRIFAN, kemampuan bahasa Arab Anda akan meningkat pesat. 


Tidak percaya? 


Silakan dicoba!


📚 FAHIMNA PUBLISHING


Pemesanan buku terbitan FAHIMNA PUBLISHING bisa menghubungi NO WA: http://wa.me/62895352886439

MEMBUAT RINGKASAN

 ✍️ MEMBUAT RINGKASAN


Sekali lagi saya ingatkan, dan saya akan terus mengingatkan kepada siapa saja yang ingin berhasil belajar bahasa Arab (khususnya di tingkat dasar),  agar jangan pernah bosan melakukan muroja’ah. Jangan pernah berhenti melakukan muroja’ah. Muroja’ah itu penting. Bahkan sangat penting! Seseorang yang malas muroja’ah sulit diharapkan untuk berhasil.


Kemudian, saya ingin memberitahukan kepada Anda suatu hal yang penting juga. Diantara sarana yang efektif untuk muroja’ah adalah dengan membuat ringkasan. Dengan adanya ringkasan, waktu muroja’ah bisa lebih dipercepat. Dengan adanya ringkasan, kejenuhan dan kemalasan untuk melakukan muroja’ah bisa dihindari.


Coba saja bayangkan sendiri. Misalnya Anda baru saja menyelesaikan belajar kitab yang lumayan tebal. Kemudian Anda diminta untuk mengulang kembali kitab itu dari awal dalam rangka muroja’ah. Kira-kira apa yang terjadi?


Bagi orang yang punya semangat membara dalam belajar, tentu tidak jadi masalah. Namun, bagi sebagian orang yang semangat belajarnya masih naik-turun, bisa jadi dia akan merasa lelah duluan. Saat melihat ukuran kitab yang cukup tebal, mungkin dia akan merasa capek duluan sehingga malas untuk mengulangnya kembali dari awal.


Nah, hal ini tentu tidak akan terjadi jika dia punya ringkasan. Cukup dengan membaca ringkasan, maka dia bisa memuroja’ah pelajaran yang baru saja dia tamatkan.


 

🍂 Cara Membuat Ringkasan


Ada banyak cara tentunya untuk membuat ringkasan. Anda bisa berkereasi sendiri. Buatlah ringkasan yang menurut Anda bisa membantu  proses jalannya muroja’ah nantinya.


Berikut ini beberapa saran dari saya. Semoga bisa bermanfaat.


✨Buat ringkasan perbab.

Setiap bab yang Anda pelajari, sebisa mungkin untuk membuat ringkasannya. Tulis saja ringkasannya di tempat kosong yang ada di pinggir setiap halaman. Jadi mirip-mirip catatan kaki atau catatan pinggir. Atau, bisa juga ditulis di sebuah kertas tersendiri.


✨Buat ringkasan berupa daftar istilah.

Untuk membuat ringkasan yang super ringkas, Anda bisa menuliskan daftar istilah-istilah saja. Tidak perlu Anda tuliskan definisi dan contoh-contohnya. Cukup istilahnya saja. Sehingga dengan ringkasan jenis ini, Anda mungkin saja nantinya memuroja’ah sebuah kitab tebal, namun hanya dengan membaca beberapa lembar kertas saja. Namun, meskipun Anda hanya membaca beberapa beberapa lembar ringkasan, hasil yang Anda terima tidak jauh beda dengan membaca kitab aslinya yang Anda ringkas itu.


Misalnya, pada sebuah bab, Anda mendapatkan materi tentang KATA beserta pembagiannya. Anda mendapatkan informasi bahwa definisi kata adalah begini dan begitu. Kemudian Anda disuguhkan contoh-contohnya. Setelah itu Anda diberitahu bahwa kata dibagi menjadi tiga: Isim, Fi’il, dan Huruf. Kemudian dijelaskan definisi dan contoh dari setiap bagian kata ini.


Maka, Anda cukup membuat ringkasan sebagai berikut:


👉KATA =====>  ISIM, FI’IL, HURUF


 

✨Buat ringkasan berupa definisi dan contoh.

Bagi Anda yang merasa daftar istilah saja belum cukup, Anda bisa menambahkan definisi dan contoh-contoh.


Misalnya, Anda baru saja mempelajari materi tentang MAF’UL FIH dalam ilmu Nahwu. Anda mendapatkan penjelasan yang panjang lebar. Maka, Anda cukup membuat ringkasan sebagai berikut:


👉MAF’UL FIH adalah ISIM MANSHUB yang disebutkan dengan tujuan untuk menjelasan WAKTU atau TEMPAT dilakukannya suatu perbuatan.


Contoh:


شَرِبْتُ الْقَهْوَةَ صَبَاحًا أَمَامَ الْبَيْتِ


“Saya minum kopi pagi hari di depan rumah”


Banyak cara.


Namun, sekali lagi saya ingatkan, bahwa banyak cara untuk membuat ringkasan. Silakan Anda pilih cara Anda sendiri yang lebih enak menurut Anda.


Kalau menurut saya, ringkasan paling bagus adalah ringkasan yang paling ringkas dan paling mencakup. Misalnya, hanya dengan membaca selembar atau dua lembar kertas kita bisa mengingat kembali materi sebuah kitab dari awal hingga akhir.


Demikian saja, semoga bermanfaat. 


Wallahu a’lam.


✍️MuhammadMujianto


👇PEMBAHASAN RINGKASAN NAHWU👇


https://youtu.be/zVR92TF75wQ

ROYALTI MENULIS BUKU

 ✍️ ROYALTI MENULIS BUKU


Saya pernah -bahkan sering- mengalami masa-masa kritis saat masih aktif menulis buku. Diantaranya pernah waktu itu, naskah yang saya kirim ke penerbit belum ada satupun yang diterima. Sementara uang saya sudah banyak keluar untuk biaya menulis buku. Saat itu saya sangat butuh suntikan dana. Saya juga butuh motivasi dan energi untuk bisa terus menulis buku.


Tiba-tiba di siang hari, HP saya berbunyi. Nomer tak dikenal terlihat di layar. Saya pun langsung mengangkatnya.


“Halo… Assalamu’alaikum…. “


“Wa’alaikumussalam….”


“Benar ini nomer Mas Mujianto alias Abdul Jabbar?”


“Ya, betul..”


“Saya dari Penerbit Samudera Solo tertarik untuk menerbitkan buku Antum yang tentang Rokok… Kami menawarkan sistem kerjasama beli putus atau royalti…. Silakan mau pilih mana?”.


“Kalau beli putus berapa dan kalau royalti berapa persen?” tanya saya.


“Kalau beli putus Rp. 700.000,- dan kalau royalty 5% dari harga jual buku di pasaran”.


Demikian kurang lebih percakapan saya dengan fihak penerbit via telpon. Dan saya kemudian memilih untuk mengambil kerjasama bentuk royalti.


***


Bagi saya menulis buku bukanlah perkara yang sulit. Selama temanya saya kuasai dan fahami dengan baik, maka insya Allah saya bisa menuliskannya jadi buku dengan waktu yang tidak terlalu lama. Buktinya, dalam waktu beberapa bulan saja, saya bisa menulis cukup banyak buku. Belasan buku berhasil saya tulis.


Yang sulit menurut saya itu adalah dua hal: Pertama, menembus tembok tebal penerbit buku. Kedua, menjadikan buku kita berpredikat “best seller”. Dua hal inilah yang paling sulit bagi saya.


Buktinya, belasan naskah buku saya ditolak oleh penerbit. Dan buku saya yang sudah terbit, tidak ada satu pun yang berpredikat best seller. Penjualannya biasa-biasa saja.


Yang paling bagus penjualannya (dari ke-5 buku saya yang pernah terbit) adalah penjualan buku pertama saya yang berjudul “Ngerokok Bikin Kamu Kaya”. Tiga bulan pertama penjualannya habis terjual sekitar 3000 eksemplar. Oleh penerbit, buku ini dicetak sebanyak 5000 eksemplar sekali cetak.


Kemudian, buku pertama saya ini bisa dibilang buku paling berkesan bagi saya. Kenapa? Ada beberapa alasan: Pertama, buku ini adalah buku pertama saya yang berhasil menembus tembok tebal penerbit buku. Kedua, buku diterima penerbit dalam waktu tidak terlalu lama. Seingat saya, tidak sampai seminggu dari semenjak saya mengirim naskah. Jadi saya tidak perlu menunggu lama.


Ketiga, cover bukunya bagus. Saya suka dengan pemilihan warnanya. Keempat, penjualannya lumayan bagus. Kelima, buku ini terbit di saat kondisi ekonomi saya sedang kritis. Keenam, buku ini dijual di toko buku besar seperti Gramedia dan Gunung Agung, yang menunjukkan buku ini terjual di seluruh Indonesia. Ketujuh, saya pernah melihat buku ini dipajang di meja kasir toko buku Gunung Agung Jembatan Merah Bogor, yang menunjukkan buku ini dianggap menarik oleh fihak toko.


Nah, inilah beberapa alasan kenapa buku ini terasa begitu berkesan bagi saya. Namun, semua buku saya yang pernah terbit, ada terselip kisah unik dan menarik di belakangnya. Semoga bisa saya ceritakan di lain waktu dan kesempatan.


Ketika buku pertama saya terbit, mulailah saya berkenalan dengan yang namanya “royalti”. Walaupun jumlahnya tidak terlalu banyak dan datangnya pun tidak menentu, namun bisa memberi energi tambahan bagi saya untuk terus menulis buku.


Seingat saya, royalty pertama saya dari buku pertama sebesar Rp. 2.700.000,-. Kemudian dari buku kedua sekitar Rp. 1.000.000,-. Dan dari buku ketiga saya sudah lupa. Yang jelas waktu itu saya dapat uang DP buku ketiga sebesar Rp. 850.000-an.


Setelah buku pertama saya terbit, beberapa bulan kemudian buku kedua saya terbit. Lalu disusul buku ketiga. Keran royalti pun semakin bertambah. Meskipun “air” yang keluar kadang cuma setetes demi setetes. Tapi, Alhamdulillah… masih dapat rezeki. Bisa buat beli nasi bungkus dan segelas kopi.


Demikian.


Semoga informasi ini berkanfaat.


✍️ Muhammad Mujianto


👇BUKU KARYA SAYA👇

https://m.facebook.com/groups/314170628628710/permalink/4452643618114703/

DAUROH BAHASA ARAB

 ✍DAUROH BAHASA ARAB


Berdasarkan pengalaman, diantara cara belajar yang efektif untuk bisa menguasai Nahwu-Shorof tingkat dasar adalah dengan mengikuti dauroh bahasa Arab. Enak belajarnya lebih fokus. Informasi yang didapat pun tidak putus. Sebab, kita bisa hadir terus.


Alhamdulillah, saya pernah dua kali ikut dauroh bahasa Arab membahas Kitab Mulakhos (Nahwu-Shorof Lanjutan). Pertama tahun 2003, dan kedua tahun 2009. Keduanya diadakan di Pondok Pesantren Al-Furqon Gresik.


Saya masih ingat guru-guru saya waktu itu:


📚Ust. Aunur Rafiq hafizhahullah

📚Ust. Abu Nu'aim rahimahullah

📚Ust. Ahmad Sabiq hafizhahullah

📚Ust. Anwari hafizhahullah

📚Ust. Abu Muhammad hafizhahullah


Lama belajarnya sekitar satu bulanan. Belajar dari pagi ba'da Subuh sampai malam sekitar pukul 21.30 WIT.


Alhamdulillah, sepulang dauroh wawasan bahasa Arab saya jadi semakin jauh bertambah. Saya pun jadi semakin mudah dalam membaca dan menerjemahkan kitab-kitab kecil berbahasa Arab.


Jadi, bagi teman-teman yang ingin bisa bahasa Arab, silakan coba cara ini. Ikuti dauroh-dauroh bahasa Arab yang ada.


Tapi kalau bisa, sebelum dauroh lakukan persiapan. Jangan datang dengan kepala kosong. 


Kalau bisa di rumah sudah pernah belajar Nahwu-Shorof tingkat dasar. Supaya saat dauroh tinggal muroja'ah dan melengkapi apa yang kurang saja.


✊Semangat Belajar✊


✍️MuhammadMujianto


#EdisiKenangan


👇PELATIHAN GRATIS👇


https://www.facebook.com/groups/314170628628710/permalink/4466270183418713/

BELAJAR BUTUH MODAL

 ✊MOTIVASI BELAJAR✊


✏BELAJAR BUTUH MODAL


Belajar butuh modal. Kata Imam Syafi'i rahimahullah, untuk meraih kesuksesan dalam belajar, kita butuh bekal. 


Kita bisa lihat ulama zaman dahulu. Mereka rela berkorban harta yang banyak untuk bekal belajar. Mereka keluarkan uang banyak untuk melakukan perjalanan menuntut ilmu, membeli alat tulis, membeli kitab, dll.


Kita juga bisa tanya kepada orang-orang yang telah sukses dalam belajar. Coba tanyakan kepada para Ustadz. Saya yakin, mereka semua telah menghabiskan banyak harta untuk bekal belajar. Tidak hanya mengandalkan yang gratisan. 


Saya sendiri, untuk meraih kemampuan bahasa Arab seperti yang saya punya sekarang ini, sudah banyak uang yang saya keluarkan. 


Belum lama, saya ikut training bahasa Arab selama 2 BULAN yang biayanya melebihi biaya saya ngontrak rumah selama 2 TAHUN!


Waktu itu, saya ngontrak rumah selama 2 TAHUN biayanya sebesar 15 JUTA. Tapi, saya ikut pelatihan bahasa Arab selama 2 BULAN biayanya 16.7 JUTA !


Padahal, waktu itu uang saya cuma belasan juta. Itupun akan saya pakai untuk biaya hidup sehari-hari dan menggaji karyawan.


Tapi, karena saya butuh ilmu yang ada dalam pelatihan, saya tetap ikut. Saya coba berbagai cara yang halal untuk mendapatkan uang sebagai bekal ikut pelatihan.


Waktu itu, saya coba menulis buku baru. Saya juga buka pelatihan bahasa Arab yang berbayar. 


Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mengikuti pelatihan itu sampai selesai. Meskipun bayarnya harus mencicil.


Jadi, intinya...


Kalau ingin sukses dalam belajar, jangan pernah sayang mengeluarkan uang untuk bekal belajar. Jangan hanya menunggu  datang yang gratisan. 


Kita harus mau berkorban harta.  Disamping kita juga berusaha sungguh2 dalam belajar, dan senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diberi kemudahan dalam belajar.


FAHIMTUM?

GAMPANG ATAU SUSAH?

 ❓GAMPANG ATAU SUSAH?


Sebenarnya bahasa Arab itu gampang atau susah, sih? Kok, ada yang bilang gampang. Tapi nggak sedikit yang bilang susah. 


Mmm… Kalau menurut saya sih tergantung. 


Tergantung apa? 


Paling nggak tergantung empat faktor berikut: 


Pertama, kemampuan diri.

Kedua, waktu luang yang kita miliki untuk belajar.

Ketiga, target yang ingin kita capai.

Keempat, sarana belajar yang kita gunakan.


Sekarang misalnya begini. Misalnya Antum orang yang sudah berusia lanjut. Untuk memahami dan menghafal sesuatu sudah terasa lumayan berat. Ditambah lagi Antum sehari-harinya sibuk kerja. Pergi pagi pulang malam. Sampe rumah kadang sudah sangat lelah.


Kalau begini keadaan Antum, tentu akan sangat susah dan berat kalau Antum menargetkan dalam sebulan harus bisa baca kitab gundul. Sebab banyak materi yang harus Antum pelajari. Banyak kosakata yang Antum juga harus hafal.


Apalagi kalau Antum salah menggunakan buku panduan. Baru belajar sudah pakai kitab Alfiyah. Saya yakin, nggak sampai sebulan Antum sudah pusing 13 keliling (Bosen ah 7 keliling mulu hehe…). 


Tapi sekarang misalnya begini. Misalnya Antum masih mudah. Daya tangkap dan hafalan masih sangat kuat. Ditambah lagi Antum banyak waktu luang di rumah untuk belajar. 


Kemudian, dalam waktu sebulan Antum hanya menargetkan bisa faham makna do’a istiftah dan tau cara meng-i’robnya untuk tingkatan pemula. 


Kalau begini ceritanya, saya yakin Antum akan merasa bahwa bahasa Arab itu guaampaang. Bukan gampang lagi. Apalagi buku panduan yang Antum gunakan adalah buku panduan yang memang disusun khusus untuk pemula dan sangat mudah dipelajari meski tanpa guru.


Naah… Jadi begituh!


Sekarang, kalau Antum pingin ngerasa mudah dalam belajar bahasa Arab, sebaiknya Antum melakukan langkah-langkah berikut:


Pertama-tama, Antum ukur kemampuan diri Antum. Kemudian yang kedua, Antum cek waktu luang yang Antum miliki untuk dipakai belajar bahasa Arab. 


Setelah itu, Antum tentukan target yang sesuai dengan kemampuan diri dan waktu luang yang Antum miliki. Saran saya sih untuk pemula jangan targetkan yang tingg-tinggi dulu. Cukup misalnya: bisa faham bacaan shalat dan do’a sehari-hari. Itu dulu ajah!


Kemudian yang paling penting menurut saya, Antum harus cari sarana belajar yang mudah untuk dipelajari. Silakan konsultasikan kepada orang-orang yang sudah lebih dulu belajar. 


Tapi ingat! Nanyanya jangan ke saya ya… Sebab, saya yakin Antum bakalan tau jawaban yang bakalan saya berikan.


Apa coba? Ada yang tau?


Ya, benar!


Silakan pelajari buku-buku pelajaran bahasa Arab untuk pemula yang sudah saya susun. Silakan KLIK: 


https://m.facebook.com/groups/314170628628710/permalink/4452643618114703/


Udah gitu ajah.


Eeh… Maaf... Sebentar… 


Saran saya, kalau Antum memang serius ingin belajar bahasa Arab, bertemanlah dengan orang-orang yang sama-sama  punya semangat dalam belajar bahasa Arab. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Insyaallah, hal ini bisa semakin menambah semangat kita dalam belajar. Dan kita pun nantinya bisa saling memotivasi.


Demikian. 


Semoga bermanfaat.


Semangat belajar bahasa Arab!


💦Bogor, Jum’at 13 Syawwal 1438H/7 Juli 2017


✍️Muhammad Mujianto


👇INFO BUKU CETAK👇


✨ SHOPEE

👉 KLIK: https://shopee.co.id/fahimna_publishing


✨ TOKOPEDIA

👉 KLIK: https://tokopedia.com/tokofahimna


✊SEMANGAT BELAJAR✊

KEPO

 ✍️ KEPO


Kita tidak bisa hanya mengambil ilmu di kelas. Kita harus cari juga di luar kelas. 


Saat di kelas, biasanya kita hanya dikasih contoh. Setelah itu, di luar kelas, kita harus kembangkan sendiri.


Misalnya begini...


Di kelas, kita diajarkan percakapan:


💦 هل عندك قلم؟

Apakah kamu punya pulpen?


💦 نعم، عندي قلم

Ya, saya punya pulpen


💦 لا، ما عندي قلم

Nggak, saya nggak punya pulpen


Naah...


Di rumah, kita kembangkan dialog ini. Kita ganti kata قلم dengan yang lain. Misalnya:


💦 كتاب، دراجة، سيارة، حقيبة...


Dll.


Kemudian, kalau kata guru saya, seorang pelajar harus punya sifat FUDHULIY (فضولي) alias KEPO. Harus punya rasa ingin tahu yang tinggi.


Misalnya, setiap melihat sesuatu yang dia tidak tahu makna bahasa Arabnya, harus muncul di benaknya: "Bahasa Arabnya apa, ya?"


Kemudian, diapun segera tergerak mencarinya di kamus.


Demikian.


Semoga bisa dipahami.


❓FAHIMTUM❓

JANGAN KAGET!

 JANGAN KAGET!


Anda jangan kaget ya.. Saya mau ngasih kabar mengejutkan. Pokoknya Anda jangan kaget.


Pernah beberapa kali saya iseng nanya ke teman-teman. Mereka semuanya adalah anak pengajian. Kalau di sekolah atau di kampus, mereka dibilangnya anak rohis atau aktivis dakwah. Ternyata hampir semuanya menjawab:


'Belum pernah!'


Pertanyaan saya sebenarnya sederhana: "Selama hidup ini, berapa kali Anda menamatkan baca terjemahan al-Qur'an?"


Hayoo... ! Kalau Anda pernah berapa kali? Jangan-jangan belum pernah sekali pun!


Kenapa saya iseng mengajukan pertanyaan seperti ini?


Ceritanya waktu itu, waktu saya masih kuliah, teman sekamar saya pernah nanya tiba-tiba. Tanpa saya sangka-sangka. 


"Ente pernah berapa kali namatin baca terjemahan al-Qur'an?"


Saya waktu itu nggak bisa jawab langsung. Saya terdiam sejenak. Karena seingat saya, tidak pernah sekalipun saya meniatkan untuk membaca rutin terjemahan al-Qur'an dari awal sampai akhir.


Kalau khatamin al-Qur'an alhamdulillah sering. Terutama di bulan Ramadhan. Tapi kalau namatin baca terjemahannya, sepertinya belum pernah.


Teman saya, kemudian berkata:


"Orang non Muslim ajah ada yang mau membaca terjemah al-Qur'an sampai selesai... Banyak yang kemudian dapet hidayah karena baca terjemahan al-Qur'an....".


Semenjak itu, saya jadi tersadar. Bener juga kata teman saya ini. Mestinya kita orang Islam yang harusnya lebih semangat baca terjemahan al-Qur'an. Bukankah kita sering mengatakan:


Al-Qur'an pedoman kita...

Al-Qur'an adalah petunjuk kita...

Al-Qur'an adalah pelita...

Al-Qur'an ibarat peta...


Namun yang jadi pertanyaan sekarang: 


Gimana bisa al-Qur'an jadi petunjuk, kalau artinya saja kita nggak tau???


Nah...! 


Ini PR buat kita semua..

Ini renungan buat kita bersama, termasuk saya...


Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Hajrul Qur`an (berpaling dari al Qur`an) itu ada beberapa bentuk. 


Pertama : Berpaling tidak mau mendengarkannya, dan tidak mengimaninya. 


Kedua : Tidak mengamalkannya, dan tidak berhenti pada apa yang dihalalkan dan apa yang diharamkannya, walaupun ia membaca dan mengimaninya.


Ketiga : Ttidak berhukum dengannya dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) serta cabang-cabangnya. 


Keempat : Tidak merenungi dan tidak memahami, serta tidak mencari tahu maksud yang diinginkan oleh Dzat yang mengatakannya. 


Kelima : Tidak mengobati semua penyakit hatinya dengan al Qur`an, tetapi justru mencari obat dari selainnya. Semua perbuatan ini termasuk dalam firman Allah Azza wa Jalla:


“Rasul berkata : “Wahai, Rabb-ku. Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur`an ini sesuatu yang tidak diacuhkan”. [al Furqan/25 : 30].  (Dikutip dari https://almanhaj.or.id/2767-meraih-cinta-allah-subhanahu-wa-taala-dengan-al-quran.html)


Mungkin ini saja sedikit renungan dari saya..


Semoga yang sedikit ini jadi pengingat untuk kita semua.


@MuhammadMujianto


👇BELAJAR BAHASA ARAB VIA FACEBOOK👇


https://www.facebook.com/833159150054672/posts/4277598102277409/

BAHASA ARAB ITU...

 ✍ BAHASA ARAB ITU...


Kali ini saya nggak mau ngomongin bahasa Arab itu gampang apa susah. Karena memang penilaian orang ternyata beda-beda. 


Kali ini saya mau ngomongin yang kita sudah sepakati saja. Saya yakin Antum semua setuju kan kalau saya katakan bahasa Arab itu penting. Bahkan bukan hanya penting, tapi amat sangat penting sekali banget. Saya yakin Antum setuju!


Sekarang begini...


Setiap hari kita sholat, kan? Nah, sholat pakai bahasa apa? Bahasa Arab, kan?!


Setiap hari kita juga zikir dan berdoa. Dan semuanya pakai bahasa Arab.


Naah..


Semua ibadah yang kita lakukan setiap hari itu nggak akan mungkin bisa kita lakukan dengan baik tanpa kita ngerti bahasa Arab.  Makanya penting bagi kita untuk belajar bahasa Arab agar ibadah keseharian kita itu jadi lebih bagus dan berkualitas. Jangan gitu-gitu ajah dari dulu, dari kita kecil. Harusnya ada peningkatan ke arah yang lebih baik.


Kalau istri saja kita pingin selalu terlihat botho... rumah pingin terlihat cakep... kendaraan pingin yang bagus... Mestinya ibadah juga harus begitu. Pingin yang bagus dan berkualitas. Nggak asal-asalan dan alakadarnya. Karena ini menyakut kebahagiaan hidup di negeri akhirat yang kekal abadi.


Bukankah shalat amalan yang pertama kali akan dihisab kelak?! Gimana kalau shalat kita nggak diterima karena dikerjakan ala kadarnya?!


Tapi memang...


Untuk bisa sempurna menguasai bahasa Arab butuh waktu lama. Bisa bertahun-tahun lamanya. Belajarnya juga kudu fokus. Ini untuk bisa sampai tingkatan mahir.


Tapi, untuk tingkat dasar insyaallah nggak perlu waktu terlalu lama. Yang penting kita punya KEINGINAN KUAT untuk bisa & tau CARA YANG EFEKTIF dalam belajar. 


Kalau kita sekarang memang belum ada waktu untuk fokus belajar bahasa Arab, kita bisa coba dulu belajar sambil melakukan aktifitas harian. Kita bisa belajar yang dasar-dasar dulu. Semoga bisa membuat ibadah keseharian kita nantinya jadi lebih baik dibanding sebelum-sebelumnya. 


Syukur-syukur kita jadi ketagihan belajar dan tertarik untuk melanjutkan belajar ke tingkatan yang lebih lanjut.


Mmm...


Sebenarnya begini. Secara umum, belajar bahasa Arab itu nggak jauh beda dengan bahasa lainnya. Kita ambil misal bahasa Indonesia. 


Antum tentu masih ingat ketika dahulu awal pertama kali kita masuk sekolah dasar. Apa yang kita pelajari di awal-awal?


Dahulu di awal-awal belajar, kita hanya diajari membaca, menulis, dan berhitung. Materinya pun masih yang sangat mudah. Kita hanya diajarkan membaca dan menulis kalimat-kalimat ringkas.


Misalnya kalimat:


INI BUDI... INI IBU BUDI... 


Naah...


Bahasa Arab juga begitu. Menurut saya, ketika awal kita belajar bahasa Arab, harusnya kita fokus dulu pada belajar membaca dan menulis kalimat-kalimat ringkas. Ini dulu. Jangan belajar bikin kalimat yang panjang-panjang dulu. Puyeng ntar!


Kita fahami dulu cara menyusun kata menjadi kalimat ringkas. Baru setelah itu sedikit demi sedikit kita pelajari kaidah-kaidah lanjutan.


Demikian.


✊SEMANGAT BELAJAR✊

NGAPAIN BELAJAR BAHASA ARAB?

 ❓Ngapain sih belajar bahasa Arab?


Saya yakin banyak orang berfikiran seperti ini: Ngapain sih belajar bahasa Arab? Saya kan bukan orang pesantrenan? Emangnya bahasa Arab kepake buat ngelamar kerja?


Saya juga dulu nggak pernah kepikiran untuk belajar bahasa Arab. Yang ada dulu, saya dimotivasi untuk belajar bahasa Inggris dan komputer. Katanya, kalau kita bisa dua kemahiran ini, kita akan sukses di dunia kerja. Gampang nyari kerjanya. Gajinya juga gede.


Makanya saya nggak pernah punya keinginan belajar bahasa Arab dari kecil. Hingga bertahun-tahun lamanya.


Hingga suatu ketika, saya pun tersadar. Setelah banyak membaca buku agama dan nendengarkan nasihat para ustadz, saya baru sadar bahwa bahasa Arab itu penting. Bahkan jauh lebih penting dibandingkan dengan ilmu-ilmu dunia lainnya.


Sekarang, coba kita sedikit merenung. Kita dari kecil belajar matematika. Dari SD, SMP, SMA hingga kuliah kita belajar matematika. Belasan tahun kita belajar matematika. Bahkan sampai matematika tingkat tinggi seperti kalkulus, matematika teknik, statistika, dll.


Pertanyaannya sekarang: Apakah ilmu matematika yg belasan tahun kita pelajari kepake semua dalam kehidupan sehari-hari? 


Ternyata banyak yang tidak terpakai. Ketika belanja di warung, kita cukup menggunakan matematika dasar yang kita pelajari di SD. 


Nah, sekarang coba kita perhatikan lagi. Setiap hari kita sholat, berdo'a, berdzikir, dan membaca al-Qur'an. Untuk bisa mengerjakan semua itu dengan baik dan sempurna kita harus faham bahasa Arab. 


Lalu, sudahkah kita mempelajari bahasa Arab?


Nah!


😓Bahasa Arab kan susah!


Ya, mungkin ada diantara kita yang berfikir demikian. Bahkan mungkin banyak.


Biasanya orang menganggap bahasa Arab itu susah karena beberapa alasan:


☝🏻Belum pernah mencobanya.

☝🏻Belum tau cara belajar yang efektif.

☝🏻Tidak memberi waktu yang realistis.

☝🏻Kurang motivasi.


Maka, cobalah belajar bahasa Arab. Cari tau metode-metode bekajar yang mudah dan efektif. Tanya-tanya orang yang sudah bisa bahasa Arab. Alhamdulillah, sekarang ini banyak metode belajar bahasa Arab bertebaran. Baik yang online maupun yang offline. Yang gratisan juga banyak. Tinggal kita pilih. 


Kemudian, beri waktu yang realistis dalam mempelajarinya. Sebab, belajar itu butuh proses. Butuh waktu yang tidak sebentar. Kita saja perlu belajar bertahun-tahun untuk mengerti bahasa Inggris dan ilmu dunia lainnya.


Bagi Antum yang belum termotivasi belajar bahasa Arab, coba renungkan:


Dari kecil kita sudah diajarkan sholat. Alhamdulillah sampai saat ini kita masih terus mengerjakannya.


Namun...


☝Sudahkah sholat kita mengalami peningkatan dan perubahan yang lebih baik? 


☝Sudahkah kita fahami bacaan sholat kita?


☝ Sudahkah kita fahami ayat al-Qur'an yang kita baca dalam sholat kita?


☝ Sudahkah kita faham doa yang kita panjatkan dalam sholat? 


☝Sudahkah kita menghayati dzikir-dzikirnya?


Ataukah sholat kita kualitasnya masih sama dengan sholat kita di masa kecil??? Kita tidak mengerti sama sekali denga apa yang kita ucapkan???


Kalau untuk ilmu dunia kita semangat mempelajarinya bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai S2 & S3. Kita juga rela keluar uang puluhan juta hingga ratusan juta. Semua itu untuk kesuksesan di dunia.


Lalu, bagaimana dengan bahasa Arab?


Mestinya kita harus lebih semangat lagi.. Kita harus lebih mau untuk berkorban uang, waktu, fikiran,.... dan segalanya.


Bukankah bahasa Arab itu untuk kesuksesan jangka panjang di akhirat kelak?!


Bukankah amalan yang pertama kali dihisab di akhirat kelak adalah sholat? 


Mari kita semangat belajar bahasa Arab! 


Mari kita perbagus ibadah keseharian kita dengan berbekal bahasa Arab!


Semoga kita dimudahkan untuk memahami bahasa Arab dan ilmu-ilmu bermanfaat lainnya.


Mumpung ada kesempatan.... Mumpung segala sesuatunya sekarang serba dimudahkan.... Sarana belajar banyak bertebaran... 


Mari kita syukuri dengan memanfaatkannya sebaik mungkin. Jangan sampai kita sia-siakan. Sebelum penyesalan datang!


Semangat belajar BAHASA ARAB✊


Wassalam.


✍Muhammad Mujianto al-Batawie


👇BELAJAR MENYUSUN KALIMAT👇


https://www.facebook.com/833159150054672/posts/4647677365269479/

MENJADI EDITOR BAHASA

 MENJADI EDITOR BAHASA


@MuhammadMujianto


Pada tahun 2006, saya bekerja di sebuah penerbit buku Islam di bogor. Posisi saya sebagai editor naskah-naskah terjemahan sebelum naik cetak.


Waktu itu pekerjaan saya setiap hari adalah duduk di belakang meja. Di hadapan saya ada naskah terjemahan dan kitab asli berbahasa Arab yang diterjemahin.


Saya baca dulu kitab asli yang berbahasa Arab. Biasanya saya baca perkalimat. Kemudian saya cek naskah terjemahannya. Jika ada terjemahan yang keliru, maka saya betulkan. Jika bahasa terjemahannya sulit difahami, maka saya perbaiki dan sederhanakan. Dan jika ada isi kita yang belum diterjemahin (terlewat), maka sayalah yang kemudian menerjemahkannya.


Saya menikmati pekerjaan saya ini. Sebab saya memang senang dengan bahasa Arab dan saya pun hobi menulis. Jadi pekerjaan ini cocok dengan saya. Walaupun terkadang ada rasa kesal juga. Lho, kok bisa?


Begini...


Terkadang ada naskah terjemahan yang dikirim ke penerbit dalam kondisi yang terkesan “asal”. Sepertinya si penerjemah tidak membaca lagi hasil terjemahannya itu. Dugaan saya dia menerjemahkan langsung di depan komputer, kemudian tanpa dia baca lagi terjemahannya itu dari awal, dia langsung cetak dan dikirim ke penerbit. Padahal bahasanya masih membingungkan. Tidak jelas maksudnya apa. Sehingga saya jadi pusing meriksanya. Akhirnya, banyak hal yang harus saya perbaiki.


Terkait naskah terjemahan yang asal ini, saya juga pernah punya pengalaman membantu seorang ustadz lulusan madinah yang bekerja sebagai editor kitab terjemahan. Saya ditugaskan untuk membaca naskah terjemahan. Sementara si ustadz melihat kitab aslinya yang berbahasa Arab. Saat membaca naskah terjemahan itu, saya saja bingung. Ustadz pun bingung. Bahasanya aneh dan sulit difahami. Akhirnya, ustadz pun jadi pusing. Sehingga naskah itu dialihkan ke editor lainnya. Padahal baru diperiksa beberapa lembar saja.


Saat bekerja sebagai editor, kondisi saya bisa dibilang cukup nyaman. Setiap bulan digaji lumayan. Saya pun diberi tempat tinggal gratis di kantor. Setiap siang dapat jatah makan siang. Menunya lumayan mewah bagi saya. Seringnya rendang atau ayam bakar. Padahal sebelumnya, paling-paling saya makan cuma pake telur dan sayur. Itu pun saya merasa sudah paling mewah.


Terkadang saya juga diminta oleh pimpinan perusahaan untuk menerjemahkan kitab. Tentu saja saya harus mengerjakannya di luar jam kerja. Biasanya saya lakukan saat liburan (Sabtu & Ahad). Dari menerjemahkan kitab ini, sayapun bisa mendapatkan penghasilan tambahan yang cukup lumayan. Seingat saya, perlembar naskah terjemahan waktu itu dihargai Rp.8.000. Perlembar maksudnya satu halaman kertas A4, font 12, dan spasi 1,5.


Suasana kerja di kantor bisa dibilang nyaman. Antar karyawan saling menghormati. Hubungan karyawan dengan atasan pun baik. Dan yang paling penting, setiap waktu sholat, semua aktivitas di kantor dihentikan sejenak. Kemudian semua karyawan pun bergegas menuju mushola untuk sholat berjama’ah.


Menjelang akhir tahun 2007, perusahaan tempat saya bekerja mengalami goncangan. Krisis keuangan terjadi. Sepertinya pimpinan perusahaan telah salah dalam membuat kebijakan-kebijakan yang membuat kondisi keuangan perusahaan jadi sekarat. Akhirnya diputuskanlah untuk mengurangi jumlah karyawan.


Waktu itu saya termasuk karyawan yang masih dipertahankan. Saya diberi tawaran untuk tetap bekerja di perusahaan. Namun karena saya merasa suasana bekerja di perusahaan sudah tidak nyaman lagi, maka saya pun memutuskan untuk keluar.


Setelah keluar, saya memutuskan untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya dulu yang sempat tertunda. 


Saya ingin menulis buku!

DAKWAH DI JALANAN

 💦 DAKWAH DI JALANAN


Surat al-'Ashr mengajarkan kepada kita untuk tidak egois dalam hidup ini. Tidak boleh kita hanya memikirkan diri sendiri. Kita juga harus punya rasa kepedulian pada orang lain.


Ada 4 syarat yang harus kita penuhi jika kita ingin dikeluarkan dari golongan orang-orang yang merugi. Apa saja syaratnya?


1. Beriman

2. Beramal shalih

3. Saling berwasiat dengan kebenaran

4. Saling berwasiat dengan kesabaran


"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran." (QS. Al-'Ashr ayat 1-3)


Jadi, tidak cukup kita hanya beriman dan beramal shalih untuk diri kita, kemudian kita cuek dengan keadaan sekitar. Disamping kita memperbaiki diri dengan iman dan amal shalih, kita juga harus memperbaiki sekitar dengan cara berdakwah. Tentunya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.


Tapi begini...


Terkadang oleh sebagian orang, kalau disebut kata "dakwah" yang ada di benaknya adalah seorang ustadz yang sedang mengisi pengajian. Padahal, dakwah tidaklah sesempit itu. Dakwah tidak hanya berbentuk ceramah. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bisa berdakwah. 


Intinya, kita mengajak orang lain pada kebaikan, ini sudah termasuk dakwah. Dan insyaallah, kita akan mendapatkan pahala karenanya.


Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:


من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه


“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim).


Saya kasih gambaran sederhana begini...


Saya yakin, kebanyakan dari kita tentu punya sepeda motor, kan? 


Nah,  pernah nggak kita perhatikan, banyak orang menempelkan stiker di belakang sepeda motornya. Biasanya hanya untuk lucu-lucuan saja.


Naah...


Ini sebenarnya bisa kita jadikan sebagai sarana dakwah. Kita bisa tempel stiker berisi ajakan kebaikan di belakang motor kita.


Misalnya kalimat  begini:


"LAGI NYETIR, JANGAN LUPA ZIKIR"


"SAMBIL NUNGGU LAMPU MERAH, PERBANYAK ISTIGHFAR!"


"MAU NGEBUT? EMANG AMAL UDAH CUKUP?!


"ORANG CERDAS SELALU INGAT DENGAN YANG DI ATAS"


"SYUKUR ITU INDAH, SYUKUR ITU IBADAH"


"KALIMAT YANG BAIK ADALAH SEDEKAH"

...


Kalau nanti ada orang baca, kemudian dia melakukan kebaikan setelah membaca kata-kata yang tertera di stiker kita, insyaallah, kita akan kecipratan pahalanya juga. Semakin banyak yang melakukan kebaikan, semakin banyak pula pahala yang kita akan dapatkan.


Dan, kita pun bisa terus dapat pahala selama orang yang membaca stiker kita masih terus melakukan amalan kebaikan yang kita ajak lewat stiker yang kita tempel. Pahala mengalir akan terus kita dapat, insyaallah.


Naah...


Jadi lewat stiker ini, kita bisa menabur benih-benih pahala di jalanan. Semoga benih-benih pahala ini nantinya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kelak bisa kita panen di akhirat.


Demikian.


Semoga bermanfaat.


Semangat Berdakwah!


✍️ Muhammad Mujianto

OTODIDAK, MUNGKINKAH?

 OTODIDAK, MUNGKINKAH?


Saya ingin sedikit bercerita...

Ceritanya begini...


Tahun 2002 bisa dibilang saya baru awal-awal belajar bahasa Arab. Saya baru belajar buku-buku Nahwu tingkat pemula. Itupun hampir semua saya pelajari sendiri.


Yang saya ingat, waktu itu saya baru pelajari: Kitab al-Muyassar, Mukhtarat, Terjemah Ajurrumiyyah, Kitabut Tashrif, Amtsilatul Jumal, dan beberapa buku Nahwu terjemah yang saya beli di toko buku.


Untuk latihan istima', saya biasa dengarkan kaset ceramah Syaikh Utsaimin dan Syaikh Fauzan. Saya dengarkan berulang-ulang hingga faham sebagian besarnya.


Waktu itu saya belum belajar Kitab Mulakhos dan belum ikut daurohnya yang biasa diadakan di Gresik Jawa Timur. Tapi, alhamdulillah saya sudah bisa baca kitab dikit-dikit. Semua saya latih sendiri secara mandiri, tanpa bimbingan guru secara langsung.


Suatu hari, saya dapat info dauroh syar'iyyah gratis selama 15 harian di Akademi Dakwah Islam (ADI) Leuwiliang. Syaratnya minimal bisa berbahasa Arab pasif. Saya pun nekat ikut. Sendirian saya berangkat ke sana.


Bisa dikatakan ini adalah dauroh paling mewah yang pernah saya ikuti. Makan enak, kitab panduan diberikan gratis, liburan ke Pulau Bidadari di akhir dauroh, dan pulangnya pun diongkosin.


Kitab yang dibahas waktu itu seingat saya: Manhajus Salikin Bab Nikah, Syarah Tsalatsatul Ushul Syaikh Utsaimin, Syarah Mukhtashor Lum'atul I'tiqod, Tafsir Syaikh Utsaimin,  DLL (Dan Lupa Lagi).


Pengajarnya adalah para ahli ilmu dari Saudi, Murid Syaikh Ibnu Baz dan Syaikh Ibnu Utsaimin. Jadi belajarnya full bahasa Arab.


Alhamdulillah, dauroh bisa saya ikuti dengan baik. Saya faham apa yang disampaikan. Sayangnya waktu itu (hingga sekarang), saya tidak lancar muhadatsah. Jadi, saya kurang bisa berinteraksi langsung langsung dengan mereka.


Takutnya nanti pas ditanya, saya jawabya kebanyakan:


"Mmm.... Ya'niy... Keif... Madza...."


Sekarang, ADI sudah tiada. Sudah bubar setelah kasus Bom Bali 2. Setelah kasus itu, dana bantuan dari luar jadi susah masuk. 


Inilah diantara mudhorot bom bunuh diri. Pihak yang tidak ada hubungan apa-apa dengan pengebom jadi kena getahnya.


Intinya, yang ingin saya sampaikan:


Belajar bahasa Arab untuk sekadar bisa baca kitab dan listening, insyaallah masih bisa dilakukan otodidak. Apalagi sekarang sarana belajar banyak. 


Beda dengan muhadatsah. Memang harus ada lingkungan yang mendukung. Butuh praktek bersama. Berat untuk dipelajari sendirian tanpa teman. 


Demikian.


Semoga bermanfaat.


✊Semangat Belajar✊


#EdisiKenangan

BENIH PAHALA DI JALANAN

 🚙 MENABUR BENIH PAHALA DI JALANAN


Surat al-'Ashr mengajarkan kepada kita untuk tidak egois dalam hidup ini. Tidak boleh kita hanya memikirkan diri sendiri. Kita juga harus punya rasa kepedulian pada orang lain.


Ada 4 syarat yang harus kita penuhi jika kita ingin dikeluarkan dari golongan orang-orang yang merugi. Apa saja syaratnya?


1. Beriman

2. Beramal shalih

3. Saling berwasiat dengan kebenaran

4. Saling berwasiat dengan kesabaran


"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling berwasiat dengan kebenaran, dan saling berwasiat dengan kesabaran." (QS. Al-'Ashr ayat 1-3)


Jadi, tidak cukup kita hanya beriman dan beramal shalih untuk diri kita, kemudian kita cuek dengan keadaan sekitar. Disamping kita memperbaiki diri dengan iman dan amal shalih, kita juga harus memperbaiki sekitar dengan cara berdakwah. Tentunya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.


Tapi begini...


Terkadang oleh sebagian orang, kalau disebut kata "dakwah" yang ada di benaknya adalah seorang ustadz yang sedang mengisi pengajian. Padahal, dakwah tidaklah sesempit itu. Dakwah tidak hanya berbentuk ceramah. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk bisa berdakwah. 


Intinya, kita mengajak orang lain pada kebaikan, ini sudah termasuk dakwah. Dan insyaallah, kita akan mendapatkan pahala karenanya.


Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda:


من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه


“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim).


Saya kasih gambaran sederhana begini...


Saya yakin, kebanyakan dari kita tentu punya sepeda motor, kan? Nah,  pernah nggak kita perhatikan, banyak orang menempelkan stiker di belakang sepeda motornya. Biasanya hanya untuk lucu-lucuan saja.


Naah...


Ini sebenarnya bisa kita jadikan sebagai sarana dakwah. Kita bisa tempel stiker berisi ajakan kebaikan di belakang motor kita.


Misalnya kalimat  begini:


"LAGI NYETIR, JANGAN LUPA BERZIKIR"


"SAAT DI LAMPU MERAH, PERBANYAK ISTIGHFAR"


"JANGAN TUNGGU ORANG TUA MATI UNTUK JADI ANAK YANG BERBAKTI"


Dll.


(Ada 30 lebih stiker nasihat yang sudah saya buat. Silakan lihat di: https://www.facebook.com/Stiker-Dakwah-Fahimna-336467893604410/).


...


Kalau nanti ada orang baca, kemudian dia melakukan kebaikan setelah membaca kata-kata yang tertera di stiker kita, insyaallah kita akan kecipratan pahalanya juga. Semakin banyak yang melakukan kebaikan, semakin banyak pula pahala yang kita akan dapatkan.


Dan, kita pun bisa terus dapat pahala selama orang yang membaca stiker kita masih terus melakukan amalan kebaikan yang kita ajak lewat stiker yang kita tempel. Pahala mengalir akan terus kita dapat, insyaallah.


Selain stiker, kita bisa juga mengajak pada kebaikan lewat kaos bertuliskan kata-kata yang baik dan menginspirasi orang untuk mau berubah menjadi lebih baik (Contoh kaos dakwah bisa dilihat di http://bit.ly/fahimnacollection )


Naah...


Jadi lewat stiker dan kaos dakwah ini, kita bisa menabur benih-benih pahala di jalanan. Semoga benih-benih pahala ini nantinya bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga kelak bisa kita panen di akhirat.


Demikian.


Semoga bermanfaat.


Silakan diminum kopinya ☕


✍ Bukit Asri Ciomas, Rabu 28 Rabi'ul Awwal 1440H (5/12/2018)

👔 Abu Ali Muhammad Mujianto al-Batawie


🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻


☕ Majelis lainnya bisa dibaca di: https://www.facebook.com/Majelis-Kopi-Hitam-Setengah-Gelas-817613961649683/

BELAJAR BAHASA ARAB SECARA OTODIDAK

 ✍️BELAJAR BAHASA ARAB SECARA OTODIDAK, KENAPA TIDAK ?!


Sekali lagi saya sarankan. Bagi Anda yang punya kemampuan dan kesempatan, sebaiknya Anda belajar bahasa Arab setahun-dua tahun di pondok pesantren. 


Atau jika tidak, Anda bisa ikutan kursus bahasa Arab di lembaga-lembaga kursus bahasa Asing. Intinya, sebisa mungkin Anda mencari pembimbing yang bisa mengajarkan bahasa Arab secara langsung. Insya Allah cara ini lebih efektif. 


Namun, bagi Anda yang belum ada kemapuan dan kesempatan untuk itu, maka silakan Anda belajar secara otodidak. Insya Allah jika Anda bisa menjalaninya dengan baik, hasil yang Anda peroleh tidak jauh dengan mereka yang belajar bahasa Arab di pondok pesantren atau di lembaga kursus bahasa Arab. 


🍂 Seperti Telur


Menurut saya, belajar itu seperti menetaskan telur.  Tidak hanya ada satu cara untuk menetaskan telur. Setahu saya, minimal ada dua cara. Pertama, kita tetaskan telur dengan cara dierami oleh induk ayam langsung. Kita letakkan telur di bawah tubuh induk ayam yang sedang mengeram. Kedua, kita letakkan telur di sebuah ruangan yang suhunya sama dengan suhu di bawah tubuh ayam betina yan g sedang mengerami telurnya. 


Belajar bahasa Arab pun begitu. Untuk bisa bahasa Arab, tidak mesti kita harus masuk dulu ke pondok pesantren. Kalau bisa sih bagus. Namun kalau tidak, kita bisa gunakan cara lain. Kita bisa belajar secara mandiri alias otodidak. Yang penting, kita bisa menciptakan atmosfir belajar kita seperti layaknya belajar di pondok pensantren. 


🍂 Mereka yang Berhasil


Saya belum dapati contoh orang yang bisa bahasa Arab hanya mengandalkan belajar dari buku tanpa keterlibatan media lain, seperti MP3, VCD, dll. Saya juga belum dapati contoh orang yang bisa bahasa Arab tanpa sekalipun bertanya/konsultasi kepada orang yang sudah bisa bahasa Arab. 


Namun saya kenal dengan beberapa orang yang tidak pernah mondok di pesantren, namun kemudian mereka berhasil mengauasai ilmu Nahwu dan ilmu Shorof. Pada kesempatan kali ini saya akan ceritakan dua orang saja. Semoga bisa diambil pelajaran dari mereka berdua.


*****


Sebut saja namanya Si Ahmad dan Si Ali. Mereka berdua berasal dari sekolah umum. Sehingga tentu saja mereka belum pernah kenal dengan ilmu Nahwu dan Shorof sebelumnya. Mereka baru mengenalnya saat tinggal bersama di sebuah rumah kontarakan yang berlokasi di sekitar kampus tempat mereka kuliah. 


Kebetulan kawan satu kontrakan mereka ada yang lulusan pondok pesantren. Sehingga dia diminta untuk mengajar kawan-kawan yang ada di rumah kontrakan itu. Hampir setiap hari mereka belajar. Waktunya pagi hari ba’da shubuh, kurang lebih 45 menit. 


Namun, kegiatan belajar bahasa Arab di kontrakan mereka tidak berlangsung lama. Karena terbentur kesibukan kuliah, akhirnya pelajaran dibubarkan. Namun, meskipun di kosan itu sudah tidak ada lagi kegiatan belajar bahasa Arab, tidak lantas menghentikan kegiatan belajar Si Ahmad dan Si Ali. Mereka tetap belajar bahasa Arab. Namun mereka belajar sendiri dengan caranya masing-masing. 


Saat liburan kuliah, Si Ahmad memutuskan untuk mengikuti pelatihan bahasa Arab selama sebulan di sebuah pondok pesantren. Setelah itu, dia juga mengikuti pelatihan bahasa Arab selama beberapa minggu yang diadakan oleh sebuah yayasan Islam. Selanjutnya, dia banyak mengembangkan kemampuan bahasa Arabnya sendiri.  


Dia coba praktikkan ilmu bahasa Arab yang sudah dia pelajari dengan cara membaca dan mengkaji kitab-kitab ulama. Dia juga minta bantuan salah seorang ustadz untuk membimbingnya berlatih membaca kita gundul. Hingga akhirnya dia punya kemampuan yang cukup untuk membaca kitab-kitab ulama. Dia pun lantas diterima bekerja sebagai editor bahasa di sebuah penerbit buku Islam yang cukup besar di Jakarta. Diantara tugasnya ialah memeriksa hasil terjemahan buku berbahasa Arab sebelum naik cetak.


*****


Lalu, bagaimana dengan Si Ali. Agak berbeda dengan Si Ahmad, Si Ali lebih memilih belajar bahasa Arab sendiri lewat buku. Dia coba beli banyak buku tata bahasa Arab (Nahwu-Shorof). Dia baca dan dia kaji sendiri. Jika menemui kesulitan, dia tanyakan kepada kawannya yang bisa. Dan ini berlangsung sekitar 4 tahun lamanya.


Dia tamatkan beberapa buku Nahwu tingkat dasar. Dia hafalkan pola-pola pembentukan kata dalam ilmu Shorof. Kemudian, dia coba berlatih membaca kitab-kitab gundul. Dan, pada suatu kesempatan, dia juga mengikuti pelatihan bahasa Arab di sebuah pondok pesantren yang sama dengan yang pernah diikuti oleh Si Ahmad.  


Alhamdulillah, setelah sekian tahun lamanya belajar, dia berhasil menguasai ilmu Nahwu dan Shorof. Beberapa kitab ulama pernah dia terjemahkan dan kemudian diterbitkan. 


*****


Nah, kedua cerita di atas semoga bisa memberikan tambahan penjelasan bahwa untuk bisa bahasa Arab tidak mesti harus masuk pondok pesantren. Di luar pondok pesantren pun kita bisa mempelajarinya. Kita bisa belajar bahasa Arab secara otodidak. Tinggal yang kita butuhkan sekarang adalah informasi bagaimana caranya belajar otodidak yang efektif. Agar hasil yang dicapai pun bisa memuaskan. Insya Allah informasi itu akan Anda dapatkan di dalam buku ini. 


Jadi, belajar bahasa Arab secara otodidak, kenapa tidak ?!


Wallahu a’lam.


✍️Muhammad Mujianto


📚 FAHIMNA PUBLISHING


Pemesanan buku terbitan FAHIMNA PUBLISHING bisa menghubungi NO WA: http://wa.me/62895352886439

BUKU TERJEMAHAN

 📒BUKU TERJEMAHAN


Banyak hal yang patut kita syukuri di zaman sekarang ini. Diantaranya kehadiran buku-buku terjemahan. 


Alhamdulillah, sekarang banyak muncul buku-buku Islam terjemahan yang sangat bermanfaat. Khususnya bagi kita yang belum bisa bahasa Arab.


Kalau saya tidak salah ingat, mulai maraknya buku-buku Islam terjemahan itu sekitar tahun 2000-an ke atas. Dan kualitas terjemahannya pun semakin ke sini semakin bagus. Penerbit juga semakin selektif dalam menerbitkan naskah. Nggak asal terbit.


Beda dengan dahulu. Biasanya dari penerjemah, buku langsung diedit bahasa dan di-layout, kemudian dicetak. Kalau sekarang, sepertinya banyak penerbit yang melakukan seleksi ketat terhadap buku terjemahannya. Dari penerjemah, buku dikirim dulu ke editor ahli (biasanya ustadz yang bergelar Lc). Setelah itu baru ke editor bahasa agar lebih enak dibacanya. Baru kemudian di-layout dan naik cetak.


Walaupun sudah dilakukan seleksi ketat, namun terkadang masih ada saja ditemui kesalahan. Dan ini tentu saja wajar. Namanya juga buatan manusia, tentu tidak ada yang sempurna.Namun paling tidak, dengan adanya seleksi ketat ini, kesalahan lebih bisa diminimalisir. 


Dahulu, ketika saya awal-awal belajar bahasa Arab, saya sering mengamati buku-buku terjemahan. Iseng-iseng saya coba edit sambil coba mempraktikkan kaidah Nahwu-Shorof yang sudah saya pelajari. Biasanya saya coba cek teks hadits dan terjemahannya.


Ternyata, saya sering menjumpai kesalahan. Bahkan ada yang sampai puluhan. Kebanyakannya salah penulisah harokat hadits. Padahal, buku itu sudah melewati editor ahli terlebih dahulu. 


Waktu saya kerja sebagai editor bahasa di sebuah penerbit buku Islam di Bogor, saya juga sering menjumpai kesalahan terjemah. Terkadang, ada terjemahan yang harus saya rombak total. Dugaan kuat saya, penerjemah tidak baca-baca lagi hasil terjemahannya. Setelah dia terjemah, naskah langsung diprint dan dikirim ke penerbit. 


Pernah juga, saat mengedit sebuah buku, saya cocokan naskah terjemahan dengan buku yg sudah terbit lebih dulu dengan judul asli yang sama. Dan pernah saya jumpai, buku terjemahan yang lebih dulu terbit itu banyak yg keliru. Terjenahannya banyak yang nggak pas. 


Namun saya tidak kaget. Sebab, penerbit dari buku terjemahan itu sudah dikenal orang tentang kualitas terjemahannya.


Tapi memang....


Tugas penerjemah itu nggak mudah. Disamping dia harus faham bahasa Arab, dia juga harus faham isi buku yang diterjemahkan. Dan dia harus bisa menyusun kalimat bahasa Indonesia yang mudah difahami. 


Kemudian, dia juga harus sabar. Setelah terjemahan jadi, dia mestinya tidak langsung kirim naskah ke penerbit. Mestinya dia baca-baca lagi. Kalau dianya saja nggak ngerti, gimana nanti orang lain yang baca. Kasihan editor ahlinya nanti. Bisa pusing bacanya!


Saya saja dulu, waktu lagi semangat-semangatnya berlatih menerjemahkan, kadang naskah terjemahan harus saya baca berkali-kali sebelum saya kirim ke penerbit. Bahkan seingat saya, ada yang sampai lebih dari 10 kali saya baca bolak-balik.


Oya, ini pengalaman saya juga nih...


Pernah saya jadi asisten editor ahli yang lulusan Universitas Islam Madinah. Beliau mudir pondok pesantren di Bogor, deket Kampus IPB. Waktu saya bantu bacakan naskah yang akan beliau edit, beliaunya pusing. Saya juga pusing, karena bahasanya sulit difahami. Akhirnya naskah itu dibatalkan.


Nah..


Dari semua ini kita bisa mengambil beberapa pelajaran berikut:


1. Hendaknya kita selektif dalam memilih buku-buku terjemahan. Pilihlah yang berasal dari penerbit yang amanah dan profesional. 


2. Hendaknya kita tidak mencukupkan diri dengan buku terjemahan. Kalau ada kemampuan, kita coba juga baca buku aslinya yang berbahasa Arab. 


3. Kalau saat ini kita sedang belajar bahasa Arab, coba juga praktikkan kaidah yang sudah kita pelajari. Kita coba kritisi tulisan Arab yang ada di buku terjemahan. Kalau ada kesalahan, kita bisa menulis surat ke penerbit untuk memberi masukan. Dan alhamdulillah, saya pernah melakukan hal ini.


Terakhir, ada seorang ustadz yang pernah memberi nasihat tentang kriteria buku terjemahan yang bagus. Diantaranya:


1. Penerjemahnya faham bahasa Arab dan faham isi buku. Misalnya, buku tentang hadits hendaknya diterjemahkan oleh ustadz lulusan fakultas hadits atau yang ngerti ilmu hadits.


2. Terjemahan diedit isinya oleh editor ahli, yaitu orang yang berkompeten di bidangnya.


3. Bahasa buku terjemahan diedit oleh orang yang pandai menyusun kata, agar enak dibaca dan mudab difahami.


Ini!


Semoga bermanfaat.


Silakan diminum kopinya.


Wassalam.


☕Bogor, Rabu sore 11/1/2017

🖊️Muhammad Mujianto al-Batawie


⏰BAHASA ARAB 5 MENIT⏰


👇VIA YOUTUBE👇

https://youtube.com/playlist?list=PLaZXzoTqr1A8gqMadakc3czqYCvxJLxcK

SALAH TERJEMAH

 ❗SALAH TERJEMAH❗


Saya setuju dengan pendapat seorang ustadz terkait buku-buku terjemahan. Hendaknya kita bersikap tengah-tengah. Tidak menolak semua, namun tidak juga menelan begitu saja. 


Maksudnya begini.


Tidak bisa dipungkiri bahwa buku terjemahan itu sangat bermanfaat. Terutama bagi kita-kita yang belum bisa bahasa Arab. Lewat buku terjemahan, kita jadi bisa menikmati isi kitab ulama yang bagus-bagus.


Namun, hendaknya kita tidak terima begitu saja isi buku terjemahan. Sebab tidak jarang didapati salah terjemah. Kita harus kritis saat membacanya. Jika menemui keganjilan, kita bisa tanya kepada orang yang faham. 


Nah...


Untuk bisa meminimalisir kesalahan dalam buku terjemah, kita bisa bertanya atau mencari informasi terlebih dahulu. Kita cari tau penerbit buku mana yang memang amanah dan profesional. 


Kemudian, kita bisa cek bagian dalam buku. Cari tau apakah buku terjemahan itu sudah melewati editor ahli. Biasanya editor ahli adalah seorang ustadz lulusan timur tengah atau minimal yang bergelar Lc.


*****


Namun, tidak semua buku terjemahan yang sudah diedit oleh editor ahli itu bersih dari kesalahan. 


Bahkan saya pernah mendapati sebuah buku terjemahan cetakan pertama yang telah diedit ustadz lulusan timur tengah, namun terdapat puluhan kesalahan. Ada salah tulisan Arab dan juga salah terjemah. 


Pada cetakan kedua, buku diedit kembali oleh editor lain dan penerbit meminta maaf atas banyaknya kesalahan pada cetakan pertama.


Jadi...


Tetap, kita harus kritis saat membaca buku terjemahan. Tidak terima begitu saja.


Kita bisa lakukan beberapa langkah berikut:


💙Pertama, kalau kita bisa bahasa Arab, coba kita cek tulisan Arab yang ada di buku terjemah. Terutama tulisan do'a. Sebab bahaya kalau kita amalkan, ternyata do'a yang kita ucapkan keliru.


Contohnya saya pernah baca dalam buku terjemahan tertulis lafazh do'a:


اللهم رب جبريل....


Padahal dalam kitab aslinya yang berbahasa Arab tertulis:


اللهم رب جبرائيل


💙Kedua, kalau ada yang ganjil coba kita cek kitab aslinya yang berbahasa Arab. Atau, kita tanya sama orang yang lebih faham dari kita.


Misalnya, saya pernah baca dalam buku terjemahan begini:


"Pada suatu hari, aku sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba Nabi saw. lewat di sampingku, seketika itu beliau menendangku seraya bersabda....".


Awal membaca saya merasa janggal. Masak sih Nabi menendang Sahabatnya ketika sedang shalat?


Saat saya cek ke kitab aslinya yang berbahasa Arab, tertulis seperti ini:


فمر بي النبي صلى الله عليه و سلم، و قد صليت، فضربني برجله و قال:


Perhatikan baik-baik dua kalimat berikut:


و قد صليت


Diterjemahkan dengan: "...aku sedang melaksanakan shalat...".


Padahal -menurut saya- tepatnya adalah: Aku sudah shalat atau aku baru saja selesai shalat.


Kemudian kalimat:


فضربني برجله


Diterjemahkan: "...seketika itu beliau menendangkau...".


Benarkah terjemahnya demikian? 


Kalau kita terjemahkan perkata memang terjemahannya begini: "...kemudian beliau memukulku dengan kakinya...".


Tapi, rasanya gimana gitu, kalau diterjemahkan seperti itu.


Saya coba tanya seorang Ustadz, kata beliau, terjemahan yang tepat menurutnya adalah "menyenggol". Dan dalam syarah haditsnya dikatakan bahwa itu dilakukan agar orang yang diajak bicara perhatian dengan apa yang ingin disampaikan. 


Wallahu a'lam.


***


Contoh lain lagi, pada buku terjemahan yang sama tertulis:


"Ummu Syarik meriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa Nabi saw. memerintahkan umat Islam untuk membunuh tokek karena tokek berbunyi ketika Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api. Sementara binatang yang lain, tidak ada yang berbunyi karena mereka ikut bersedih atas peristiwa yang menimpa Nabi Ibrahim."


Saya merasa ada yang ganjil. Setau saya selama ini cicak atau tokek boleh dibunuh karena dahulu dia membantu niup api yang digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim 'alaihissalam, sehingga api jadi membesar. Ini yang saya tau. Bukan karena alasan berbunyi.


Karena penasaran, saya coba cek ke kitab aslinya. Ternyata di kitab aslinya tertulis begini:


و قد ثبت في ((صحيح البخاري)) من حديث أم شريك ((أن النبي صلى الله عليه و سلم أمر بقتل الوزغ و قال: كانت تنفخ على إبراهيم)).


Jadi, berdasarkan kitab asli, alasan diperintahkan bunuh cicak atau tokek karena dia تنفخ (Arti: Meniup) api yg digunakan untuk membakar Nabi Ibrahim.


Dan di kitab asli tidak ada tambahan untuk terjemahan: "Sementara binatang yang lain.... ".


Entah dari mana tambahan terjemahan ini? Apa kitab aslinya beda? Padahal saya cek tahun cetakannya sama.


Wallahu a'lam.


Demikian yang saya fahami.


Naah...


Lalu, siapa yang salah kalau begini? Penerjemah?


Belum tentu!


Sebab, berdasarkan pengalaman saja jadi penerjemah, editor bahasa, dan asisten editor ahli, saya jadi tau kalau buku terjenahan itu kadang hasil campur tangan banyak orang. Tidak hanya penerjemah.


Bisa jadi kesalahan datang dari editor ahli yang mengubah atau menambah. Atau dari editor bahasa. Atau layouter lupa masukin beberapa bagian yang sudah diperbaiki. Dll.


Tapi, intinya...


Buku terjemahan itu bermanfaat. Hanya saja, kita perlu kritis dalam membacanya. Dan juga selektif memilih buku terjemahan. 


Kalau ada kesalahan, jangan sungkan-sungkan untuk menyurati penerbit. Hendaknya kita saling mengingatkan untuk kebaikan bersama.


Ituh!


Silakan dimimum kopinya.


Wassalam.


✏Bogor, Malam Rabu 24/1/2017

✍️ Muhammad Mujianto


📒MATERI PELENGKAP UNTUK PEMULA


⏰BAHASA ARAB 5 MENIT⏰


👇VIA YOUTUBE👇

https://youtube.com/playlist?list=PLaZXzoTqr1A8gqMadakc3czqYCvxJLxcK

MISTERI PERUBAHAN HAROKAT AKHIR KATA

 📒 MISTERI PERUBAHAN HAROKAT AKHIR


Kawan...


Pernah nggak sekali waktu kita bertanya dalam hati: Apa fungsi harokat akhir pada sebuah kata? Kenapa bisa berubah? Kenapa kadang dhommah, kadang fathah, kadang kasroh?


Coba saja lihat di al-Qur’an. Kenapa kadang lafazh Allah berharokat akhir DHOMMAH, kadang FATHAH, dan kadang KASROH. 


Kenapa, coba?


Naah...!


Ini dia nih yang akan kita bahas sekarang.


Begini...


Harokat akhir kata dalam bahasa Arab itu bisa berpengaruh besar terhadap maksud dari sebuah kalimat. Kadang, beda harokat sedikit saja, bisa menyebabkan perbedaan maksud yang jauh. Bahkan kadang bisa berakibat fatal kalau salah memberi harokat akhir. 


Ada dua buah cerita menarik yang menunjukkan tentang pentingnya kita menentukan harokat akhir kata dengan tepat. Tidak boleh asal-asalan. Ceritanya saya ambil dari sebuah Kitab Nahwu berjudul At-Ta’liqoot al-Jaliyyah ‘ala Syarh al-Mukaddimah al-Aajrumiyyah, karya Abu Anas Asyraf bin Yusuf bin Hasan, halaman 50. 


Begini ceritanya...


✏Cerita Pertama


Cerita pertama ini tentang dialog antara Abul Aswad ad-Duali dengan putrinya. Suatu hari, putrinya berkata kepadanya:


مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ


Dia men-DHOMMAHKAN kata “أَحْسَنُ” dan meng-KASROHKAN kata “السَّمَاءِ”.


Abul Aswad mengira putrinya sedang bertanya tentang sesuatu yang paling indah di langit. Diapun spontan menjawab:


أَيْ بُنَيَّةُ، نُجُوْمُهَا


“Wahai putriku, bintang-bintangnya”.


Tapi putrinya malah menyanggahnya. Sebab, dia tidak sedang bertanya. Dia sedang takjub dengan keindahan langit. 


Abul Aswad pun kemudian faham bahwa putrinya telah salah dalam memberikan harokat akhir kata. Mestinya putrinya itu mem-FATHAHKAN kata “أحسن” dan kata “السماء”. Bukannya malah men-DHOMMAHKAN kata “أحسن”dan meng-KASROHKAN kata “السماء”.


Dia lalu membimbing putrinya seraya berkata:


إِذًا قُوْلِيْ: مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ


“Kalau begitu, katakanlah: “Maa ahsana as-samaa-a!” (Alangkah indahnya langit itu!)”


(SELESAI CERITA)


Tuh kan…. Jauh banget kan artinya?!


Beda harokat akhir sedikit saja bisa memberi perbedaan maksud yang jauh sekali. Saya ulang di sini perbedaan dari kedua kalimat di atas.


مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ


“Apa yang paling indah dari langit itu?”


(Redaksi kalimatnya berupa PERTANYAAN)


Tapi kalau...


مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ


“Alangkah indahnya langit itu!”


(Redaksi kalimatnya berupa PERNYATAAN TAKJUB)


Ini cerita pertama…


✏Cerita Kedua


Kisah kedua tentang kesalahan seorang Arab  dalam membaca QS. Al-Taubah ayat 3.


أن الله برىء من المشركين و رسوله


Dia mengKASROHKAN kata “رسول”. Mestinya berharokat akhir DHOMMAH. 


Kemudian seorang Arab badui mendengar bacaan orang ini. Si Arab badui ini pun kemudian berkata, “Benarkah Allah telah berlepas diri dari Rasul-Nya? Kalau begitu aku juga akan berlepas diri darinya”.


Hal ini pun kemudian sampai ke telinga Umar bin al-Khathab radhiyallahu ‘anhu. Dia pun berkata kepada Si Arab badui ini, “Wahai badui! Apakah engkau berlepas diri dari Rasulullah?!”


Si Arab badui ini pun menjawab, “Wahai Amirul Mu’minin. Sungguh aku pernah datang ke Madinah. Waktu itu aku tidak punya pengetahuan tentang al-Qur’an. Akupun kemudian meminta orang untuk membacakan al-Qur’an kepadaku. Dia pun membacakan surat ini:


أن الله برىء من المشركين و رسوله


Lalu, aku pun berkata,” Apakah Allah telah berlepas diri dari Rasul-Nya? Kalau begitu aku juga akan berlepas diri darinya”.


Umar berkata, “Wahai badui, bukan begitu bacanya!”


Umar lalu membetulkan cara membaca ayat itu. Setelah kejadian itu, Umar melarang membacakan al-Qur’an kecuali orang yang faham bahasa Arab. Dia pun kemudian memerintahkan Abul Aswad Ad-Duali untuk menyusun kaidah dasar ilmu Nahwu.


(SELESAI CERITA)


*****


Sobat…


Tahukah Antum, apa bedanya jika kata “رسول” dibaca DHOMMAH dengan dibaca KASROH?


Ini dia bedanya:


[JIKA DIBACA DHOMMAH]


أن الله برىء من المشركين و رسولُه


“Bahwasanya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik”


[JIKA DIBACA KASROH]


أن الله برىء من المشركين و رسولِه


“Bahwasanya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan Rasul-Nya”


Jauh sekali bedanya, bukan?! Kita akan faham hal ini jika kita sudah BELAJAR BAHASA ARAB.


Jadi, kalau Antum mau tau penjelasan rinci kedua cerita di atas, ya Antum harus belajar bahasa Arab dulu. Fahami kaidah Nahwu dulu. Kalau Antum belum pernah belajar, nanti nggak nyambung kalo saya jelasin juga.


Ujung-ujungnya nanti bisa "Jaka Sembung bawa baskom". Nggak nyambung, Om!


*****


Makanya nih…


Untuk meminimalisir kesalahan yang semisal ini, kita kudu belajar bahasa Arab. Supaya kita jadi tau, kapan seharusnya ngasih harokat dhommah, fathah, kasroh, dan sukun. Jangan sampai kita salah ngasih harokat yang menyebabkan salah arti. Bisa bahaya nanti!


Alhamdulillah..


Sekarang ini belajar bahasa Arab semakin mudah. Tempat kursus bisa kita jumpai di mana-mana. Kalau kita nggak sempet ikut kursus langsung, kita bisa ikutan kursus bahasa Arab online. Misalnya ikut Pelatihan Bahasa Arab Online METODE FAHIMNA yang saya bimbing langsung. 


👉 INFO PELATIHAN:


https://www.facebook.com/groups/314170628628710/permalink/4629317617113968/


👇Bisa juga belajar via YOUTUBE👇


https://youtube.com/playlist?list=PLaZXzoTqr1A8gqMadakc3czqYCvxJLxcK


*****


Kalau nggak sempet juga ikut pelatihan online, Antum bisa belajar lewat buku. Saya juga sudah susun beberapa buku bahasa Arab yang insya Allah bisa dipelajari secara OTODIDAK. Bisa dilihat infonya di 👇


👇INFO BUKU FAHIMNA PUBLISHING👇


✨ SHOPEE

👉 KLIK: https://shopee.co.id/fahimna_publishing


✨ TOKOPEDIA

👉 KLIK: https://tokopedia.com/tokofahimna


*****


Semoga dua kisah yang saya sampaikan tadi bermanfaat dan bisa membuat kita semakin semangat untuk belajar bahasa Arab.


Wassalam.


✍Bogor, Jum’at pagi 13/1/2017


✍️Muhammad Mujianto

PENERJEMAH

 ✏PENERJEMAH


Di awal belajar bahasa Arab, saya selalu ingatkan ke teman-teman yang belajarnya di luar pondok pesantren. Saya ingatkan untuk FOKUS dulu pada KEMAHIRAN MEMBACA (مهارة القراءة) atau READING SKILL. 


Kenapa?


Sebab, kemahiran ini yang paling mudah dipelajari. Sarana belajarnya juga seabreg di internet. Baik yang gratis maupun yang berbayar. Pelatihan onlinenya juga banyak.


Ditambah lagi, kemahiran ini pula yang paling kita butuhkan sehari-hari. Dengannya, kita bisa mempercantik ibadah kita sehari-hari yang bersentuhan langsung dengan bahasa Arab, seperti shalat, dzikir, do'a, dan tilawah al-Qur'an.


Ituh!


Makanya terkadang mungkin banyak orang merasa berat ketika awal belajar bahasa Arab karena dia nggak fokus belajarnya. Semua kemahiran pingin dia pelajari di awal. Dia pingin bisa ngomong, dengerin syekh ceramah, dan pingin bisa nulis makalah berbahasa Arab. Akhirnya dia pun keberatan dan berhenti di tengah jalan.


Beda keadaanya kalau kita belajarnya di pondok pesantren. Waktu kita memang fokus untuk belajar. Pembimbing juga ada. Jadi nggak masalah kalau belajar semua kemahiran langsung diawal. Kemahiran mendengar, ngomong, menulis, dan membaca.


Jauh sekali keadaannya dengan kita yang belajarnya kadang seminggu cuma berapa kali. Udah gitu kita selingi dengan kesibukan nyari nafkah, ngurus keluarga, dll. Ditambah lagi tidak ada guru yang membimbing langsung. Tentu akan berat kalo harus belajar semua di awal. Apalagi bagi yang sudah berumur.


Nah, demikian..


Sekarang, saya ingin memberi masukan lagi nih..


Bagi Antum yang sudah menyelesaikan kaidah dasar Nahwu-Shorof, coba Antum praktekan kaidah yang sudah Antum pelajari. Misalnya dengan menerjemahkan tulisan-tulisan berbahasa Arab. Supaya Antum semakin faham dengan kaidah yang selama ini Antum pelajari.


Banyak orang bilang:


" Belajar teori Nahwu-Shorof mah gampang... Sebentar juga faham. Yang susah itu prakteknya... Apalagi kalau sudah dihadapkan dengan kalimat panjang..!"


Nah...!


Memang demikian. Makanya kita kudu banyak latihan. Nggak cukup dengan teori saja.


Banyak manfaat yang bisa kita dapat dengan sering latihan menerjemahkan. Diantaranya:


1. Semakin faham kaidah yang sudah kita pelajari.


2. Jadi tau penerapan kaidah dalam tulisan panjang.


3. Jadi semakin banyak mufrodat.


4. Melatih kemampuan menulis dengan bahasa Indonesia.


Makanya..


Dahulu kala, sepulang saya dari Dauroh Bahasa Arab selama sebulanan mempelajari Kitab Mulakhosh di Ponpes Al-Furqon Gresik Jawa Timur, saya coba latihan menerjemahkan. Saya mulai dari menerjemahkan buletin-buletin berbahasa Arab.


Tidak puas dengan buletin, saya lanjut ke kutaibat (buku-buku saku) berbahasa Arab. Dan, untuk menguji kualitas terjemahan, maka sebagian naskah terjemahan saya coba kirim ke beberapa penerbit Islam. Alhamdulillah sebagiannya diterima.


Naaah...! Begituh ceritanyah!


Oya, saya jadi teringat dengan perkataan seorang teman. Sebut saja namanya Kumbang. Waktu masih kuliah di LIPIA, dia pernah dinasihatin dosennya begini:


"Mbang, coba Antum latihan menerjemah.......".


Setelah itu, teman saya itu pun terlihat mulai aktif menerjemahkan kitab. 


Dan memang...


Modal kemahiran bahasa Arab saja nggak cukup untuk bisa menerjemahkan kitab dengan baik. Kita juga kudu mahir merangkai kata dalam bahasa Indonesia, agar mudah difahami orang. Dan itu akan mudah kita lakukan kalau kita sudah sering latihan menerjemah.


Demikian.


Semoga yang sedikit ini bermanfaat. Terutama buat Antum-Antum semua yang saat ini sedang belajar bahasa Arab.


Silakan diminum kopinya..


Wassalam.


Bogor, Sabtu pagi 14/1/2017

Muhammad Mujianto al-Batawie


📒 BELAJAR BAHASA ARAB DARI NOL


💦 ILMU NAHWU MUDAH


👇KLIK👇

https://drive.google.com/file/d/1q72ydSly1vVdkND3ZCfGasr4b7QgdMas/view?usp=drivesdk


💦 ILMU SHOROF MUDAH


👇KLIK👇

https://drive.google.com/file/d/1q5wxLaThQjAMTvIVdQCOMK0l4B_R2Hw6/view?usp=drivesdk


👇PENJELASAN LENGKAP👇


https://t.me/berkenalandenganbahasaarab


✊SEMANGAT BELAJAR✊

MUROJA'AH

 ☝️JANGAN LUPA MUROJA'AH!


Inilah yang selalu saya ingatkan kepada kawan-kawan yang sedang belajar bahasa Arab.


JANGAN LUPA MUROJA’AH….! 


JANGAN LUPA MUROJA’AH….! 


☝️JANGAN LUPA MUROJA’AH…..!


Dikelas bahasa Arab yang saya asuh, saya tak bosan-bosannya mengingatkan murid-murid saya.


JANGAN LUPA MUROJA’AH….! 


JANGAN LUPA MUROJA’AH….! 


JANGAN LUPA MUROJA’AH…..!


Sebab muroja’ah itu penting. Bahkan sangat penting. 


Saya sangat yakin, tidak ada seorang pun yang sekarang mahir berbahasa Arab tanpa melakukan muroja’ah di dalam proses belajarnya. Kalau tidak percaya, coba tanyakan langsung kepada mereka-mereka yang sekarang sudah jago bahasa Arab.


Kenapa muroja’ah begitu penting?


Sebab, dengan muroja’ah kita jadi semakin faham materi yang sudah kita pelajari. Dengan muroja’ah, materi pelajaran yang awalnya terasa redup, bisa berubah kemudian menjadi terang benderang.


 Muroja’ah juga merupakan bukti bahwa kita ini memang SERIUS & SUNGGUH-SUNGGUH ingin bisa bahasa Arab. Bukan cuma pengen, doang! Tapi memang serius ingin BISA.


Saya jadi teringat dengan seorang anak kecil usia sekitar 12 tahunan yang pernah mengikuti pelatihahan bahasa Arab selama satu bulanan di sebuah pondok pesantren. Selesai belajar di kelas, dia ulang kembali pelajaran yang dia dapat sambil duduk bersandar di dinding masjid. Akhirnya, dia bisa menjadi juara mengalahkan peserta lainnya yang berusia jauh di atasnya.


Dan saya juga ingat ketika awal-awal semangat belajar bahasa Arab (Sekitar tahun 1999). Pernah saya bangun sekitar jam 1-2 malam untuk muroja’ah pelajaran bahasa Arab yang sudah saya dapat. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menjadi seperti sekarang ini, bisa menulis SERIAL KITAB FAHIMNA (Panduan Belajar Bahasa Arab Secara Otodidak).


Makanya, saya tak bosan-bosannya mengingatkan kepada siapa saja yang sekarang ini sedang belajar bahasa Arab.


JANGAN LUPA MUROJA’AH….!


JANGAN LUPA MUROJA’AH….! 


JANGAN LUPA MUROJA’AH…..!


Demikian saja. 


Semoga bermanfaat.


Sekali lagi..


JANGAN LUPA MUROJA’AH YA…….


Wallahu a’lam.


✍️ Muhammad Mujianto


👇BELAJAR MENYUSUN KALIMAT👇


https://youtube.com/playlist?list=PLaZXzoTqr1A-QlaDAYW8zZxMm1L_FiD9l

3 CARA BELAJAR

 🖊️3 CARA BELAJAR BAHASA ARAB YANG PERLU KITA COBA


Mungkin Anda sudah sering membaca cara-cara efektif belajar bahasa Arab di internet. Ada yang menyarankan begini, dan ada yang menyarankan begitu. Saran saya, baca saja semua cara itu. Setelah itu terserah Anda mau menggunakan cara yang mana. Atau Anda bisa mengkombinasikannya menjadi cara Anda sendiri.


Berikut ini saya akan menyampaikan tiga cara belajar bahasa Arab yang mudah-mudahan bermanfaat untuk Anda. Minimal bisa menjadi wawasan baru untuk Anda semua.


✨ Cara Pertama: Belajarlah dari orang yang sudah bisa.


Ketika kita ingin belajar menyetir mobil, apakah kita akan belajar dari orang yang belum bisa nyetir mobil? Tentu tidak, bukan?! Kita tentu akan mencari orang yang sudah bisa menyetir mobil. Tidak harus seorang pembalap. Yang penting dia sudah bisa menyetir mobil.


Nah, demikian pula halnya dengan bahasa Arab. Hendaknya kita mencari orang yang sudah bisa bahasa Arab untuk mengajari kita. Tidak mesti seorang pakar bahasa Arab yang bergelar Lc atau doktor. Yang penting dia bisa bahasa Arab maka sudah cukup untuk kita jadikan guru di awal kita belajar. Usahakan untuk bisa belajar langsung di hadapannya.


Jika kita tidak bisa belajar langsung, kita bisa belajar lewat buku-buku pelajaran yang sudah dia tulis. Lebih bagus lagi jika ada rekaman video atau audio. Jangan lupa untuk meminta wejangan tentang strategi sukses dalam belajar bahasa Arab. Syukur-syukur dia bisa menceritakan pengalaman hidupnya dalam belajar bahasa Arab.


✨ Cara Kedua: Belajarlah secara bertahap.


Ingatkah Anda ketika kecil dahulu belangar ngaji alif-ba-ta. Apakah Anda belajarnya langsung berlembar-lembar atau bertahap? Ya, tentu saja. Setiap kita dulu belajar ngaji secara bertahap. Sedikit demi sedikit, satu halaman demi satu halaman, hingga tanpa terasa akhirnya kita bisa membaca al-Qur’an dengan lancar seperti sekarang ini.


Cara ini pun mestinya kita terapkan dalam belajar bahasa Arab. Pelan-pelan saja, namun kontinyu berkesinambungan. Tidak mengapa sehari bisa membaca 1-2 lembar buku nahwu, atau cuma menghafal 1 tashrif fi’il. Lama kelamaan kalau kita mau sabar, kita akan bisa menyelesaikan semua materi dalam buku nahwu dan shorof. Ingat kata pepatah: SEDIKIT DEMI SEDIKIT, LAMA-LAMA MENJADI BUKIT!


 


✨ Cara Ketiga: Belajarlah secara intensif.


Ketika dahulu awal belajar, sehari kadang saya cuma belajar satu jam. Tapi kemudian saya ikut pelatihan bahasa Arab selama hampir sebulan penuh di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur. Belajarnya sehari sekitar 8 jam, dari pagi sampai malam. Setiap hari seperti itu hingga sekitar hampir satu bulan lamanya. Alhamdulillah, sepulang dari pelatihan saya merasakan manfaat yang luar biasa.


Dari pengalaman saya ini bisa saya ambil faidah bahwa belajar intensif itu penting. Adakalanya kita perlu belajar lebih dari kebiasaan kita. Namun itu tidak setiap hari. Kita bisa melakukannya seminggu atau sebulan sekali.


Misalnya setiap hari dalam seminggu kita belajar sehari hanya satu jam. Tapi di akhir pekan kita belajar intensif selama 3-4 jam atau lebih. Besoknya kita belajar biasa lagi selama satu jam. Namun di akhir pekannya kita belajar intensif lagi selama 3-4 jam. Kemudian sebulan sekali –misalnya di akhir bulan- kita belajar intensif dalam sehari sekitar 5-8 jam. Lebih bagus lagi jika setiap tahun kita bisa mengikuti dauroh/pelatihan bahasa Arab selama sebulan full. Insya Allah manfaatnya akan sangat terasa.


Bagaimana, tertarik untuk mencoba tiga cara ini?


Semoga bermanfaat.


Wallahu a’lam.


 


Jakarta, Kamis pagi 2 Januari 2014


 ✍️Muhammad Mujianto


📒 KALIMAT ANGKATAN 14


https://www.facebook.com/833159150054672/posts/4647677365269479/

PUSYING!

 PUSYING!


@MuhammadMujianto


Pernah suatu ketika, saya dan kawan-kawan dari Pondok Prestasi mengadakan Pelatihan Bahasa Arab Intensif 3 HARI di salah latu Lab ILKOM IPB. Pelatihan berlangsung dari sekitar jam 7-an, sampai menjelang Zhuhur. Sesi pertama Bahasa Arab sampai sekitar jam 10-an. Kemudian dilanjutkan dengan Ilmu Tajwid oleh pengajar yang lain.


Di akhir pelatihan, saya adakan ujian kecil-kecilan. Dan saya minta komentar peserta terkait pelajaran bahasa Arab. Apakah bikin pusing? Apakah mereka pingin lanjut?


Alhamdulillah responnnya positif. Meskipun banyak yang merasa pusing, namun banyak yang senang dan tertarik ingin lanjut belajar menyelesaikan materi yang belum dibahas.


Saya tidak kaget membaca komentar mereka. Dan saya sudah menduga akan ada yang merasa pusing. Makanya sebelum selesai, saya kasih permisalan kepada mereka. 


Saya bilang, kalau di depan kita ada tumpukan pasir tinggi, kemudian kita disuruh mindahin dalam sehari cuma pake alat gayung kecil, kira-kira berat nggak? 


Tentu akan berat, bukan?!


Tapi, coba kita disuruh mindahinnya selama setahun. Tentu akan ringan.


Naah...


Begitupun dengan bahasa Arab. Kalau kita ingin menguasainya dalam beberapa hari, tentu akan terasa berat. Sebab, banyak hal yang harus dihafal. Kaidah, kosa kata, dan tashrifan. Sementara kemampuan otak kita sangat terbatas. 


Beda halnya kalau kita kasih waktu setahunan untuk proses memahaminya, insya Allah akan jauh lebih mudah. 


Sama halnya dengan bahasa Inggris. Untuk sampai bisa, bukankah kita butuh waktu bertahun-tahun. SMP 3 tahun dan SMA juga 3 tahun. Ditambah kursus di luar sekolah. Tahunan baru kita bisa. Bahasa Arab juga begituh!


Makanya, saya sering bilang ke temen-temen yang baru belajar bahasa Arab. Kalau di Pondok Pesantren saja kadang butuh waktu 2-3 tahun untuk menguasai kaidah bahasa Arab dengan baik. Itupun belajarnya hampir setiap hari dari pagi sampai siang. Dan mereka fokus memang waktunya untuk belajar.


Lalu, bagaimana dengan kita yang belajarnya seminggu kadang cuma beberapa kali? Udah gitu, kebanyakan kita belajarnya sambilan. Ada yang sambil kerja, kuliah, dagang, ngajar, dll. Tentu akan lebih lama lagi.


Tapi...


Kita jangan melihat panjangnya jalan yang akan kita tempuh. Lebih baik, kita susun strategi. Agar terasa ringan, jalan panjang itu kita bagi-bagi menjadi jalan-jalan yang pendek. Jika kita lelah, kita bisa istirahat sejenak sambil mengumpulkan energi kembali (Baca: Muroja'ah). Insya Allah, perjalanan akan terasa ringan.


Nggak masalah, kita sampau tujuannya lama. Yang penting kita terus melangkah, nggak boleh berhenti. 


Tentu akan sangat indah, jika di usia senja nanti (misal 60-70-an tahun), kita diwafatkan Allah dalam keadaan: hafal al-Qur'an, faham artinya, bisa mengkaji kitab-kitab ulama, dan kita bisa ibadah sholat, dzikir, dan doa dengan sangat indahnya, karena kita mengerti betul apa yang kita ucapkan.


Kalaupun kita ditakdirkan tidak sampai ke tujuan, semoga kita mendapatkan pahala besar dari niat kita yang baik nan tulus ini. 


Jadi...


Mari kita terus semangat dalam mempelajari bahasa Arab. Mari kita saling memotivasi. 


Saya sendiri, sampai sekarang masih terus belajar. Karena saya merasa, ilmu saya masih sangat kurang. Muroja'ah masih sering saya lakukan.


Bahkan, sekarang saya belajar juga dari guru bahasa Arab yang dulunya adalah murid saya. Karena beliau sekarang jauh mengungguli ilmu saya, maka saya pun tertarik untuk duduk di majelisnya.


Ituh!


Semoga bermanfaat.

KEKUATAN FOKUS

 KEKUATAN FOKUS 


@MuhammadMujianto


Salah menempatkan FOKUS bisa bikin kita sengasara, bahkan celaka. 


Nggak percaya?


Pernah teman saya nyemplung ke selokan gara-gara waktu jalan dia fokusnya ke layar HP terus. Pernah juga teman saya yang lain ketabrak mobil gara-gara waktu nyebrang dia hanya fokus ke satu arah. 


Percaya kan sekarang?


Namun sebaliknya, kalau kita bisa menempatkan FOKUS dengan tepat, insya Allah, kebaikan bisa kita dapat.


***


Terkait fokus, saya teringat dengan hadits Nabi berikut:


لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ


“Janganlah seorang laki-laki mukmin (suami) membenci wanita mukminah (istrinya). Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” (HR Muslim)


Dari hadits ini, saya belajar tentang bagaimana seharusnya kita menempatkan fokus. 


Misalnya dalam hidup berumah tangga. Kalau kita fokus pada kekurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh pasangan hidup kita, bisa jadi kebencian yang nanti akan timbul. Tapi beda kalau kita fokusnya pada kelebihan, jasa, dan akhlak baik pasangan kita. Insya Allah benih-benih CINTA akan terus tumbuh 🌹❤🌹


Sebab, pasangan hidup kita kan juga manusia biasa. Tentu saja nggak sempurna. Ada saja kurangnya. Maka, janganlah kekurangan itu yang selalu menjadi fokus kita. Coba kita alihkan fokus pada kelebihannya. Insya Allah, rumah tangga yang bahagia akan bisa kita capai.


Nah... Demikian... Kembali ke FOKUS!


Dalam banyak hal, kalau kita bisa menempatkan FOKUS dengan tepat, insya Allah akan menjadi sebuah KEKUATAN DAHSYAT yang akan mendorong kita pada KESUKSESAN ✊🏼


Dalam BISNIS misalnya..


Ketika baru mau memulai bisnis, kalau kita fokus pada kerugian, mungkin kita nggak bakalan buka-buka bisnis. Belum mulai sudah mikir: Gimana kalo rugi..? Gimana kalo bangkrut..? Gimana kalo nggak laku..? Gimana kalo kalah saingan...?


Yaudah... Nggak bakalan jadi tuh bisnis!


Beda kalo kita mikirnya begini: Gimana kalo sukses..? Gimana kalo laku keras...? Gimana kalo banyak yang beli..? Gimana kalo banyak yang tercerahkan...?


Saya yakin, nggak pake lama kita akan buka bisnis kita. Setujuh?!


Dalam belajar juga begitu...


Kalo kita bisa fokus membaca satu-dua buku dulu sampai selesai dan faham, insya Allah hasilnya akan jauh lebih baik. Dibanding kita belajarnya asal. Belom kelar buku satu, ambil buku lain. Dan begitu seterusnya. Nggak ada yang nemplok di kepala nanti ilmunya. Berantakan!


Makanya, bagi kalangan pemula yang sedang ngikut pelatihan bahasa Arab ONLINE, saya saranin di awal fokus dulu di satu pelatihan. Jangan semuanya pingin diikutin. Pusing sendiri ntar. 


Mmm.... Apalagi ya.....?


Ya.. Intinya FOKUS deh! Di rumah, di kampus, di sekolah, di kantor, di masjid, di majelis ilmu, dll.


Oya, terutama waktu kita sholat. Kita kudu fokus tuh.. Sebab, kita sedang menghadap Sang Pencipta kita. Jangan pikiran kita kemana-mana. Insya Allah pahala besar akan kita dapat. Hati kita juga akan tenteram.


Dalam hadits riwayat Imam Hakim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:


يقول ربكم تبارك و تعالى: يا ابن آدم! تفرغ لعبادتي أملأ قلبك غنى، و أملأ يديم رزقا..


" Robb kalian berkata, 'Wahai anak Adam, beribadahlah kepada-Ku sepenuhnya, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rezeki..'. (Dikutip dari buku Kunci-kunci Rezeki karya Dr. Fadhl Ilahi, terbitan Darul Haq hal. 43-44)


Jadi, dalam beribadah hendaknya kita harus lebih bisa menjaga fokus kita. 


Nah..


Demikian...


Kecuali jika kita bisa untuk 'sambilan' dalam beraktifitas dan nggak mengganggu aktifitas utama, maka nggak fokus nggak apa-apa. Kita tentu bisa menilai sendiri, kan?! Kapan harus fokus dan kapan bisa nggak terlalu butuh fokus?


Perlu contoh?


Misalnya kita punya toko di pinggir jalan. Nggak harus kan kita fokus ngeliatin barang dagangan terus? Insya Allah dagangan kita nggak akan jalan kemana-mana :) 


Nah...


Supaya waktu kita manfaat, sambil nunggu pembeli, kita bisa sambil melakukan hal-hal yang bermanfaat. Misalnya: dengerin ceramah agama lewat HP, ngafalin al-Qur'an, baca buku y

KISAH MENULIS BUKU (3)

 PROSES KELAHIRAN BUKU HP


Sekadar berbagi pengalaman...


Dahulu, saat masih senang menulis buku-buku motivasi Islami, saya biasa menggunakan nama pena "Abdul Jabbar". Entahlah, saya sudah lupa, kenapa dulu memilih nama ini.


Sekarang, saya mau sedikit cerita tentang proses kelahiran buku saya yang berjudul “Agar HP Bikin Kamu Masuk Surga”. Semoga bermanfa’at. 


Ceritanya begini…


...


Beberapa tahun lalu, setelah buku tulisan saya yang berjudul Ngerokok Bikin Kamu “Kaya” diterima oleh penerbit, saya tertarik untuk menulis buku tentang HP. Saya tertarik untuk memberi judul yang sama , kerena menurut saya judul itu memang cukup menarik. 


Sebab, siapa sih orangnya yang nggak pingin kaya? Tul, nggak fren?!


Sebelum menuliskannya, sempat juga saya bertanya ke teman-teman. “Kira-kira tema buku tentang apa yang bagus untuk ditulis?”.


Salah seorang teman mengusulkan untuk membahas tentang HP, karena waktu itu memang HP sudah demikian menjamur. Anak SD saja banyak yang punya HP.


Mulailah saya membuat judul sementara. Waktu itu, saya memberi judul sementara “Menjadi Kaya dengan HP”.


Saya pun mulai membuat coret-coretan tentang apa saja yang bakalan saya bahas dalam bukuku ini. Dan saya juga mulai mencari berbagai referensi yang terkait dengan HP.


Seingat saya, tidak sampai sebulan, saya berhasil menulis sebuah buku setebal sekitar 40 halaman. Bukunya tidak terlalu besar. Mungkin bisa dibilang buku kecil saja ukuran saku.


Buku itu kemudian saya fotokopi perbanyak sekitar 5 eksemplar. Yang satu saya kirim ke penerbit, sedangkan sisanya saya jual ke teman-teman. Saya berharap buku ini bisa diterima penerbit dalam waktu cepat, sebagaimana buku sebelumnya tentang rokok yang nggak pake lama menunggu langsung diterima penerbit.


Namun qodarulloh, beberapa hari kemudian saha mendapat telpon dari penerbit yang berisi penolakan. Katanya, penerbit belum bisa menerbitkan bukuku ini. Saya pun kemudian menyimpan bukuku ini untuk sementara dan setelah itu sibuk tenggelam kembali dengan menulis tema-tema yang lain.


*****


Beberapa bulan kemudian, saya kembali tertarik menulis buku tentang HP. Waktu itu, saya memiliki ide untuk membuat buku tentang HP dengan bentuk buku mirip HP. Jadi kovernya dibikin sama dengan gambar HP. Sehingga kalau orang melihat buku itu, mereka seolah melihat sebuah HP. Dan saya membayangkan buku itu dijual di counter-counter HP dan ditempat penjualan pulsa.


Saya pun kembali mengotak-atik naskah yang lama. Saya ubah bahasanya menjadi bahasa remaja. Saya menargetkan pembaca buku ini nanti dari kalangan remaja, sekalian menasehati mereka agar tidak salah dalam menggunakan HP. 


Waktu itu marak berita penyalahgunaan HP oleh para remaja. Misalnya menggunakan HP untuk melihat dan menyimpan gambar-gambar porno.


Judul bukunya kemudian saya ubah menjadi “Hati-hati Kawan… HP Bisa Bikin Kamu Masuk Neraka!”.


 Pembahasannya saya tambah, sehingga menjadi buku ukuran sedang. Saya juga membuat desain cover yang mirip gambar HP.


Setelah diedit berkali-kali (sepertinya sampai belasan kali deh..), saya pun kemudian mengirimkan naskah buku ini ke beberapa penerbit. Kalau tidak salah ada 4 penerbit yang saha kirimi draft naskah buku ini lewat email.


*****


Sekitar 2 bulan kemudian, saya mendapat telpon dari sebuah penerbit. Mereka menyatakan tertarik untuk menerbitkan bukuku ini. Mereka kemudian mengirimkan draft perjanjian kerjasama.


Setelah saya baca, secara umum saya setuju dengan isi surat perjanjian yang ditawarkan. Hanya ada satu pasal yang saya kurang sreg. Isi pasal itu kurang lebih begini: 


"Jika dalam waktu sekitar satu tahun penerbit belum menerbitkan naskah penulis, maka penerbit akan mengembalikan kembali naskah ke penulis."


Jadi artinya, naskah saya belum tentu diterbitkan. Masih ada kemungkinan batal diterbitkan.


Oya, waktu itu saya juga coba sedikit menawar royalti penulis yang ditawarkan. Penerbit menawarkan royalti 5%. Saya coba menawar lebih dari itu. Tapi katanya, tidak bisa. Setelah sedikit tawar-menawar, penerbit bisa menaikkan menjadi 5,5 %.


 Namun, saya masih bingung dengan kesepakatan yang tadi itu. Kalau saya setujui, maka saya tidak bisa menawarkan naskah ini  ke penerbit yang lain. Dan saya belum bisa tenang, karena bisa jadi nantinya naskah saya ini tidak jadi diterbitkan.


Disaat saat saya sedang bingung antara menyetujui atau tidak, saya mendapat telpon dari sebuah penerbit dari Jogja. Mereka tertarik juga untuk menerbitkan naskah saya tentang HP ini. Setahu saya, penerbit ini adalah penerbit yang professional. Jika mereka sudah menerima naskah, mereka jelas akan menerbitkannya. Mereka pun menawarkan royalti lebih tinggi dari penerbit sebelumnya. Saya diberi royalti 7 %.


Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian buku saya pun terbit. Oleh penerbit judulnya diganti menjadi AGAR HP BIKIN KAMU MASUK SURGA. 


Alhamdulillah juga, saya sempat membedah buku ini di Lembaga Bimbel Bintang Pelajar cabang Cibinong pada acara pesantren kilat di bulan Ramadhan.


Demikian ceritanya.


Semoga bermanfaat.


@MuhammadMujiantoAbdulJabbar


👇PELATIHAN BAHASA ARAB👇


https://www.facebook.com/groups/314170628628710/permalink/4395283177184081/