Sabtu, 05 Februari 2022

KENAPA DULU TIDAK BELAJAR BAHASA ARAB

 KENAPA DULU TIDAK BELAJAR BAHASA ARAB?


Dulu, sempat timbul pertanyaan dalam hati. Begini..


Dari kecil, setiap hari kita shalat pakai BAHASA ARAB. Berdoa juga pakai BAHASA ARAB. Berzikir juga. Baca al-Qur'an juga.


Tapi, kenapa para orang tua tidak menganjurkan anaknya belajar BAHASA ARAB untuk menyempurnakan ibadah  itu. Guru2 di sekolah pun, seingat saya, tidak ada satupun yang memotifasi siswanya untuk belajar BAHASA ARAB. 


Kenapa? 


Padahal, BAHASA ARAB begitu akrab dengan kehidupan kita.


Kenapa???


Dugaan saya, karena dulu, sangat jarang tempat belajar bahasa Arab yang di luar pondok pesantren.  Bahkan nyaris tidak ada. 


Jadi, kalau mau belajar bahasa Arab, ya harus mondok. Setelah itu, lulus pondok biasanya jadi ustadz. 


Kalau tidak mau jadi ustadz bagaimana? Sebab, tidak semua orang harus jadi ustadz, kan?


Naah...


Itu dia yang susah. Hampir tidak ada tempat belajar bahasa Arab, selain di pondok pesantren. Makanya mungkin, tidak ada atau sangat jarang ortu dan guru yang memotifasi untuk belajar BAHASA ARAB.


Namun, sekarang jaman telah berubah!


Tempat belajar BAHASA ARAB sekarang tersebar di mana2. Di dunia nyata atau di dunia maya. Yang berbayar banyak, yang GRATIS juga banyak.


Maka, sekarang tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak bisa belajar BAHASA ARAB. Tinggal tumbuhkan KEMAUAN saja. 


Ingat!


Kelak, ibadah kita akan kita serahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apakah kita tidak malu jika menyerahkan ibadah yang ala kadarnya.


Saatnya kita memperbaiki ibadah kita sehari2. Saatnya kita menyempurnakan dan mempercantik ibadah. Diantaranya dengan belajar BAHASA ARAB.


FAHIMTUM?

BAHASA ARAB CIRI RADIKALISME?

 BAHASA ARAB CIRI RADIKALISME❓


Ketika bangun tidur, kita berdoa. Doa pakai BAHASA ARAB!


Kemudian, kita masuk kamar mandi, kita juga berdoa. Doa pakai BAHASA ARAB!


Setiap hari kita mendengar suara adzan. Adzan pakai BAHASA ARAB!


Setiap hari kita shalat. Shalat pakai BAHASA ARAB!


Setiap hari kita zikir. Zikir pakai BAHASA ARAB!


Setiap hari kita baca al-Qur'an. Al-Qur'an pakai BAHASA ARAB!


Sebelum tidur kita berdoa. Doa pakai BAHASA ARAB!


...


Intinya, BAHASA ARAB begitu akrab dengan kehidupan kita sebagai seorang Muslim. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, kita berinteraksi dengan BAHASA ARAB.


Maka, sangat wajar jika banyak orang Islam yang semangat belajar BAHASA ARAB. 


KENAPA???


Karena mereka ingin memperbagus ibadahnya sehari-hari!


Karena mereka ingin memahami agamanya!


Karena BAHASA ARAB adalah bagian dari agama mereka yang tidak bisa dipisah!


Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada orang yang mengatakan bahwa BAHASA ARAB adalah ciri radikalisme. Padahal BAHASA ARAB adalah bagian dari AGAMA ISLAM.


Dan...


ISLAM adalah agama yang mengajarkan KASIH SAYANG kepada seluruh alam.


FAHIMTUM, SON?


✍️✍️✍️✍️✍️✍️✍️✍️✍️


👇BELAJAR BAHASA ARAB ONLINE DI👇


https://www.facebook.com/groups/314170628628710/permalink/4395283177184081/

Selasa, 01 Februari 2022

JANGAN CUMA AKIDAH

 ✍️ JANGAN CUMA AQIDAH


Memang, kalo orang nggak isi dadanya dengan ilmu syar'i, biasanya dia akan bertindak berdasarkan perasaan dan hawa nafsu. Apa yang enak menurut perasaannya, itulah yang bakalan dilakukan. Kalo nggak enak, ya dia tinggalkan.


Kalo nggak percaya, coba saja ente dateng ke temen yang awam masalah agama. Bilang ke dia:


"Pinjemin saya duit dong 200 ribu ajah. Besok saya balikin deh 300 ribu..".


Kira-kira dia mau ngasih nggak? Dugaan kuat saya, kalo emang dia punya duit dan percaya sama ente orang, dia bakalan ngasih. Lumayan kan, dapet untung 100 ribu dalam  sehari tanpa harus capek-capek kerja nyari duit.


Kecuali, kalo temen ente ngerti fikih muamalah dalam Islam. Dia tentu akan menolak. Sebab, ini adalah riba. Nggak boleh kita mengambil keuntungan dari pinjaman. Kalo dia baik hati, tentu dia bakalan minjemin tanpa mengambil keuntungan sama sekali. 


Naaah...


Makanya, Allah Subhanahu wa Ta'la menyuruh kita belajar supaya pinter. Supaya kita berilmu. Supaya kita nggak salah langkah dalam menjalani hidup ini.


*****


Eh, ngomong-ngomong soal belajar, kita juga kudu lengkap belajarnya. Jangan belajar sebagian, namun melalaikan sebagian lain yang juga wajib kita pelajari.


Misalnya begini. Belajar aqidah itu wajib. Sebab ini berhubungan dengan muamalah kita kepada Sang Khaliq. Kalo nggak faham aqidah, bisa-bisa kita jatuh pada dosa besar yang paling besar, yaitu kesyirikan.


Tapi disamping aqidah, ada ilmu-ilmu lain yang wajib juga kita pelajari. Misalnya saja fikih muamalah. Bukankah setiap hari kita bemuamalah kepada sesama manusia? Kalau kita nggak faham, bisa jadi kita jatuh pada keharaman seperti yang tadi di awal saya contohkan.


Terkadang, ada orang yang ngerti betul tentang pembahasan aqidah. Dia begitu hati-hati agar tidak jatuh pada kesyirikan dan penyimpangan aqidah. Namun, dia lalai dari belajar ilmu lainnya semisal ilmu muamalah. Akhirnya, begitu mudahnya dia jatuh pada kesalahan terkait muamalah keseharian bersama sesama.


***


Saya jadi teringat kejadian sekitar 6-7 tahun yang lalu. Waktu itu saya berencana untuk menerbitkan sebuah buku. Setelah saya hitung-hitung, ternyata butuh dana sekitar 20 JUTAAN untuk bisa mencetak satu judul buku sebanyak 3000 eksemplar.


Saya pun kemudian menawarkan ke beberapa teman untuk jadi investor. Akad kerjasamanya mudhorobah. Kalo untung dibagi bersama, dan kalo rugi pun ditanggung bersama. 


Waktu itu ada seorang teman yang punya cukup banyak uang nganggur. Dia adalah seorang anak pengajian. Setiap pekan rutin hadir di pengajian yang terkenal sangat mengedepankan pada perbaikan aqidah ummat. Sebut saja namanya Kumbang.


Saya tau kumbang punya cukup banyak uang nganggur. Puluhan juta dia punya. Awalnya minat untuk jadi investor. Tapi dia pingin minta penjelasan rinci analisa bisnis yang saya akan jalankan.


Sayapun siapkan penjelasan yang dia butuhkan. Di whiteboard sudah saya tulis apa yang akan saya jelaskan. Tapi, setelah beberapa hari menunggu, Si Kumbang tak kunjung datang.


Dugaan saya dia masih ragu dengan kerjasama yg saya tawarkan. Dan saya pun nemakluminya. Sebab memang, kalo orang nggak siap rugi, berat baginya utk diajak kerjasama pake sistem mudborobah ini.


Beberapa hari kemudian, Kumbang memberi kabar bahwa dia tidak jadi memberi bantuan dana. Dan ternyata dia lebih memilih jadi investor untuk usaha yang dijalankan oleh orang lain. Sebut saja namanya Tawon.


Kenapa Kumbang lebih memilih kerjasama dengan Tawon dibanding saya?


Kurang lebih ceritanya begini...


Tawon mengaku punya bisnis pembuatan produk X. Dia bilang ke orang-orang kalau produknya ini sudah ada yang siap beli dalam jumlah besar. Sampai ratusan juta, bahkan milyaran kalau tidak salah. Maka, untuk menjalankan usahanya dia mencari banyak orang untuk diajak kerjasamanya. 


Bentuk kerjasamanya kurang lebih begini:


Tawon menjanjikan, bulan pertama uang investasi akan diberikan 50%. Bulan berikutnya, sisa uang investasi akan dikembalikan semua. Dan bulan berikutnya akan diberikan keuntungan. 


Jadi dengan kata lain, investor dijanjikan:  Pasti untung! Nggak akan perrnah rugi.


Kalau ditinjau dari fikih muamalah, bentuk kerjasama seperti ini haram. Sebab ini sama saja akad pinjaman yang menarik keuntungan. Dan ini adalah riba.


Gelombang pertama Tawon berhasil mendapatkan banyak investor. Namun, jumlahnya perorang masih nggak terlalu banyak. Mungkin, banyak yang masih ragu dengan kerjasama ini. Dalam hati mereka mungkin ada terselip pertanyaan "Beneran nggak nih?!".


Pada tahap awal, Tawon sukses meyakinkan banyak orang. Dia benar-benar memberi keuntungan kepada para investor. Kemudian, dibukalah investasi gelombang kedua.


Mungkin karena sudah merasa yakin, maka banyaklah yang kemudian menambah uang investasinya. Ada yang sampai puluhan hingga ratusan juta. Termasuk Kumbang investasi cukup besar.


Namun, apa yang terjadi kemudian....


Ternyata usaha yang dijalankan Tawon ini bohong belaka. Menurut cerita dari seorang kawan saya  yang juga ikut terlibat dalam bisnis ini, untuk meyakinkan orang, di awal Tawon puter dulu uang para investor. Jadi dia terus mencari investor. Uang investor yang baru, dipakai untuk mengembalikan uang investor yang lama plus memberi keuntungan.


Akhirnya, uang Kumbang dan para investor lain hilang entah kemana. Saya sendiri masih belum dapet berita yang jelas, dikemanakan uang ratusan juta oleh Si Tawon. Berita terakhir, dia berurusan dengan pihak kepolisian.


Naah..


Ini juga pelajaran buat kita agar berhati-hati juga dalam bekerjasama usaha dengan orang lain. Sebab zaman sekarang, cara-cara menipu semakin banyak bervariasi. 


***


Saya kasih contoh satu lagi cara menipu untuk diambil pelajarannya.


Misalnya ada orang yang pingin buka usaha restoran. Dia bilang ke temen-temen deket yang sudah sangat percaya dengan dia. 


"Saya mau buka restoran nih, butuh dana 100 juta. Saya ada dana 25 juta dan istri saya 25 juta. Siapa yang mau investasi? Keuntungan dibagi dua..."


Padahal dia nggak ada uang sebanyak itu. Istrinya pun sebenarnya nggak ikut-ikutan. Dia bilang begitu supaya nanti kalo pas bagi-bagi keuntungan dia dapet bagian banyak. 


Naah....


Demikian...


Pelajaran yang ingin saya sampaikan adalah:


✏ Hendaknya kita belajar. Agar dalam melangkah, kita dasari semuanya dengan ilmu. 


☝🏻Kemudian dalam belajar, hendaknya kita tidak parsial. Semua ilmu yang kita butuhkan hendaknya kita pelajari. Baik ilmu aqidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah.


Insyaallah, semua itu bisa dengan mudah kita pelajari jika kita ada keinginan untuk mempelajarinya.


Demikian.


Semoga bermanfaat.


@MuhammadMujianto